Jepang baru saja memulai vaksinasi COVID-19 pada Rabu (17/2) lalu setelah pemerintah memberikan persetujuannya (yang terlambat) atas vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer Inc. Vaksinasi ini dinilai sangat terlambat, pasalnya, Amerika dan beberapa negara lainnya telah memulai vaksinasi sekitar 2 bulan lalu.
Menurut laporan Associated Press (AP), dalam beberapa kasus di Jepang, efek samping relatif jarang ditemukan, membuat pemerintah merasa tidak perlu terburu-buru. Namun, dengan Tokyo Olympic yang akan digelar musim panas mendatang, keterlambatan vaksinasi ini membuat masyarakat khawatir karena vaksinasi dianggap menjadi kunci untuk menggelar pertandingan.
Nah, apa sih kira-kira penyebab Jepang sangat terlambat dalam menyebarkan vaksinasi? Simak penelusuran AP yang dilansir dari Japan Today berikut!
Uji klinis
Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh pemerintah yang meminta adanya uji klinis di Jepang karena tes multinasional Pfizer tidak dilakukan untuk Jepang.
Memang banyak negara yang menerima hasil tes Pfizer pada November lalu dan mulai melakukan vaksinasi. Pfizer sendiri meminta persetujuan darurat di Jepang pada Desember lalu. Namun, Tokyo menunggu hasil tes yang dilakukan Jepang terlebih dahulu sebelum memberi lampu hijau pada Minggu lalu. Semua ini terjadi dalam 2 bulan, jauh lebih cepat dari rata-rata persetujuan Jepang (1 tahun) karena kehati-hatian mereka dan birokrasi.
Sementara itu, proses persetujuan bagi vaksin AstraZeneca baru saja dilakukan, sementara Moderna belum mengaplikasikan proses persetujuan di Jepang.
Meyakinkan masyarakat
Sama seperti di Indonesia, orang-orang di Jepang skeptis terhadap vaksin, membuat pemerintah merasa perlu meyakinkan masyarakat terkait keamanan vaksin.
Menteri Kesehatan Norihisa Tamura mengatakan pada minggu lalu bahwa Asia hanyalah sebagian kecil dari subjek tes Pfizer yang dilakukan pada Juli hingga November lalu terhadap 44.000 orang di 6 negara.
Kendati demikian, data tersebut terdiri dari sampel dari sekitar 2.000 orang Asia, membuat kritik terkait perlu atau tidaknya tes tambahan terhadap 160 orang penduduk Jepang diperlukan dan malah membuat penundaan penyebaran vaksin.
Ketidakpercayaan Jepang terhadap vaksin sejak lama
Ketidakpercayaan Jepang terhadap vaksin telah eksis sejak bertahun-tahun lamanya. Ya, banyak orang tak yakin untuk melakukan vaksinasi, apalagi karena adanya efek samping.
Pada tahun 1990-an, pemerintah Jepang membatalkan vaksinasi wajib setelah keputusan pengadilan menyatakan pemerintah bertanggung jawab atas efek vaksinasi.
Baru-baru ini, Jepang juga berhenti merekomendasikan vaksin human papillomavirus, atau HPV, setelah media melaporkan adanya dugaan efek samping, membuat adanya kekhawatiran baru meski vaksin ini aman dan efektif untuk kanker serviks.
Sebuah survei yang dilakukan Mainichi juga menunjukkan bahwa hanya ada kurang dari 40% responden yang ingin segera mendapatkan vaksin virus corona, sementara sekitar 60% sisanya memilih untuk menunggu.
Timeline vaksinasi Jepang
Sekitar 40.000 tenaga medis yang langsung terjun merawat pasien COVID-19 dijadwalkan untuk mendapatkan suntikan pertama vaksin Pfizer di 100 rumah sakit. Separuh dari mereka akan berpartisipasi dalam survei efek samping dan pemeriksaan kesehatan berikutnya.
Sekitar 3,7 juta pekerja medis lainnya akan mendapatkan vaksinasi di kloter kedua dan para lansia akan mendapatkan giliran mereka pada bulan April. Diperkirakan, masyarakat umum berusia di atas 16 tahun yang memenuhi syarat akan mendapatkannya pada Juni mendatang.
Jepang memiliki jumlah vaksin cukup banyak
Jepang memang terlambat soal dimulainya vaksinasi, namun pemerintah cukup cepat dalam membuat kesepakatan dengan Pfizer dan dua perusahaan lain, AstraZeneca dan Moderna pada bulan Juli lalu saat vaksin masih dikembangkan.
Jepang telah mendapatkan total 344 juta dosis vaksin yang cukup untuk menutupi seluruh populasi masyarakat yang terdiri dari 144 juta dosis dari Pfizer, 120 juta dari AstraZeneca dan 50 juta dari Moderna.
Jepang sendiri berjanji untuk mengamankan dosis untuk masyarakat umum pada bulan Juni mendatang meski sedikit sulit karena di Eropa, pasokan vaksin Pfizer dan AstraZeneca menurun.
Jepang tengah mengembangkan vaksin
Beberapa perusahaan dan organisasi riset Jepang kini tengah mengembangkan vaksin virus corona meski masih dalam tahap awal.
Takeda Pharmaceutical Co akan mendistribusikan vaksin Moderna dan memproduksi vaksin Novavax di Jepang, dan JCR Pharmaceuticals Co akan memproduksi vaksin AstraZeneca berdasarkan kesepakatan lisensi. Hanya AstraZeneca lah yang saat ini sedang dalam proses persetujuan.
Para ahli di Jepang sendiri mengatakan pengembangan vaksin di Jepang kurang populer karena banyaknya risiko, proses yang memakan waktu dan kurangnya dana pemerintah.
Shigeru Omi, kepala gugus tugas virus COVID-19 pemerintah Jepang menyebut kurangnya daya saing global oleh perusahaan farmasi Jepang sebagai alasan penundaan vaksinasi.
Nah, itulah hal dan fakta yang menyebabkan lambatnya penyebaran vaksin COVID-19 di Jepang!