Olimpiade batal? Perdebatan mengenai masa depan Olimpiade 2020 yang akan diadakan di Tokyo ini memang semakin panas. Pada hari Selasa (17/03/2020) lalu, kepala deputi Komite Olimpiade Jepang, Kozo Toshima menyatakan bahwa dirinya positif terkena virus corona (COVID-19). Kabar ini semakin membuat masyarakat Jepang dan dunia bertanya-tanya apakah harus Olimpiade batal pada tahun ini. Apalagi, Perdana Menteri Shinzo Abe masih bersikeras untuk melaksanakan Olimpiade sesuai jadwal. Sementara, survei menyatakan 70% warga Jepang setuju Olimpiade ditunda.
"Hari ini, hasil tes menunjukkan positif virus corona," ungkap Tashima dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan melalui Asosiasi Sepak Bola Jepang, di mana dirinya adalah kepala asosiasi tersebut. Tashima sendiri berada dalam perjalanan bisnis sejak 28 Februari lalu. Pertama, dia berkunjung ke Belfast untuk menghadiri rapat tahunan Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional.
Dari tanggal 2 Maret, dia juga mengunjungi Amsterdam untuk rapat bersama Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA) untuk mempresentasikan tawaran Jepang sebagai tuan rumah Piala Dunia Wanita tahun 2023 nanti. Tanggal 3 Maret, Tashima menghadiri rapat umum UEFA.
"Pada awal Maret, di Amsterdam dan Eropa pada awal Maret, tingkat keresahan terhadap virus corona baru tidak sama dengan sekarang. Semua orang masih melakukan pelukan, jabat tangan, dan cium pipi," katanya dalam pernyataan itu.
Kemudian, Tashima melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk menonton tim sepak bola wanita Jepang dan melobi Piala Dunia Wanita, sebelum akhirnya kembali ke Jepang pada 8 Maret.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada Selasa lalu juga menyatakan bahwa keputusan drastis tidak perlu dilakukan. Dilansir dari situs resminya, Olimpiade 2020 akan tetap berjalan sesuai jadwal. IOC juga menyatakan bahwa mereka akan terus berkomitmen demi kelangsungan Olimpiade, dan berharap para atlet untuk tetap mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Apabila berjalan sesuai jadwal, Olimpiade tahun ini akan diadakan pada 24 Juli hingga 9 Agustus. Artinya, pemerintah Jepang maupun IOC hanya memiliki waktu empat bulan untuk memantau situasi COVID-19 lebih lanjut. Sejauh ini, COVID-19 menginfeksi lebih dari 180.000 orang dan angka kematian mencapai 7.400 orang di dunia, termasuk Indonesia.