Masalah pengungsi dan pencarian suaka di Jepang memang masih menjadi masalah. Pada tahun 2020 lalu, Jepang menerima 47 orang pengungsi, lebih banyak 3 orang dibanding tahun sebelumnya, dan hanya 1,2% dari individu yang melakukan aplikasi pengungsian ke negara tersebut. Tabel di bawah berikut memperlihatkan tabel di bawah ini menunjukkan angka-angka terbaru untuk aplikasi pengakuan pengungsi dan status yang diberikan atau izin tinggal khusus di Jepang.

Total 3.936 pengungsi mendaftar status pengungsian pada 2020, 60% lebih rendah dibandingkan pada tahun lalu dengan 10.375 individu mendaftar. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya angka orang-orang yang memasuki Jepang akibat pandemi  COVID-19.

Pendaftar dari 67 negara mendaftar untuk status pengungsi. Pendaftar terbanyak berasal dari Turki dengan 836 (menurun 37,2% dibanding tahun lalu), diikuti dengan Nepal di 466 (menurun 62,9%), Kamboja di 414 (menurun 68,7%), Sri Lanka di 370 (menurun 75,8%), dan Pakistan di 326 (menurun 66,4%).

Sementara itu, meskipun status pengungsi mereka tidak diakui, atas kebijakan Kementerian Kehakiman, 44 orang pada tahun 2020 menerima izin tinggal khusus karena mereka tidak dapat kembali ke negara mereka sendiri karena masalah terkait kemanusiaan. Di antara mereka, 19 menerima izin tinggal karena situasi di negara asal mereka, sementara 25 disetujui karena keadaan, seperti menikah dengan warga negara Jepang dan memiliki anak dengan penduduk kewarganegaraan Jepang.

Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi nirlaba Japan Association for Refugees yang berbasis di Tokyo, penerimaan pengungsi di Jepang berada pada tingkat yang sangat rendah yaitu hanya 44 orang pada tahun 2019, dengan tingkat pengakuan hanya 0,4%. Sebaliknya, Jerman menerima 53.973 pengungsi (tingkat pengakuan 25,9%), Amerika Serikat 44.614 (29,6%), Prancis 30.051 (18,5%), dan Kanada 27.168 (55,7%).