Jepang tengah berencana untuk memperpanjang status darurat COVID-19 yang kini tengah berlaku di Tokyo dan beberapa area di Kansai dari rencana awalnya yang semula berakhir pada 11 Mei mendatang. Keputusan akhir terkait hal tersebut akan diumumkan pada Jumat (7/5) besok.
Menurut sumber pemerintah, menyusul pertemuan dengan para menteri yang terlibat dalam respons virus corona, Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan pada awak media bahwa pemerintah akan meminta opini para ahli medis sebelum membuat keputusan.
"Dampak deklarasi darurat mulai terlihat karena angka penduduk yang lalu lalang menurun,” ujarnya.
Bulan lalu, Suga mendeklarasikan sebuah status darurat baru di Tokyo dan beberapa area di Kansai: Osaka, Hyogo dan Kyoto, yang berlangsung mulai dari 25 April hingga 11 Mei akibat adanya gelombang infeksi baru. Selama status darurat tersebut, pemerintah menerapkan langkah pencegahan virus yang lebih ketat, termasuk meminta agar restoran yang menyajikan alkohol dan pusat perbelanjaan besar untuk tutup.
Menurut sumber pemerintah tersebut, perpanjangan status darurat akan berjalan selama dua minggu hingga satu bulan.
Pemerintah pusat juga mempertimbangkan untuk meninjau permintaan department store dan fasilitas komersial besar lainnya untuk tutup dan mungkin mencabut status darurat di Tokyo.
Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura sebelumnya telah mengindikasikan pada Selasa lalu bahwa ia akan meminta pemerintah pusat untuk memperpanjang status darurat di area Kansai karena angka infeksi yang terlihat belum menunjukkan penurunan signifikan.
Pemerintah pusat juga akan membuat keputusan apakah mereka akan membuat sebuah status kuasi-darurat di kota-kota lain yang mengalami kenaikan kasus pada Jumat mendatang. Hokkaido, yang pada Minggu (2/5) lalu melaporkan rekor 326 infeksi juga termasuk ke dalam salah satu prefektur itu.
Langkah pencegahan kuasi-darurat juga terlah berjalan di 7 prefektur, termasuk Miyagi, Aichi, Ehime dan Okinawa, hingga 11 Mei mendatang.
Tokyo sendiri melaporkan 621 kasus harian baru pada Rabu lalu. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibanding 609 kasus yang terkonfirmasi pada Selasa lalu. Sementara itu, rata-rata infeksi per hari selama tujuh hari di Tokyo telah meningkat menjadi 798,9, naik 5,3 persen dari periode tujuh hari sebelumnya dan total kumulatifnya mencapai 142.943.
“Situasinya masih cukup serius," kata Gubernur Tokyo Yuriko Koike kepada wartawan pada Rabu.
Jepang sendiri telah berjuang menghadapi kembangkitan kembalinya virus. Padahal, hanya kurang dari tiga bulan lagi, Tokyo Olympic akan digelar.
Jumlah pasien COVID-19 dengan gejala parah juga mencapai titik tertingginya di 1.114 pada hari Rabu, naik 31 dari hari sebelumnya, menurut kementerian kesehatan. Penghitungan infeksi baru secara nasional pun mencapai lebih dari 4.000 pada hari yang sama.
Rabu juga menandai hari terakhir periode liburan Golden Week yang dimulai Kamis lalu, dan tingkat kerumunan pra-pandemi terlihat menurun. Namun, dibandingkan dengan hari terakhir Golden Week tahun lalu, lebih banyak orang berlalu lalang di hampir semua 95 stasiun kereta dan distrik hiburan utama Jepang pada pukul 3 sore, Rabu lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh operator seluler NTT Docomo Inc.
Sementara itu menurut operator Japan Railway, ada banyak bangku kosong di berbagai rute bullet train di Jepang pada Rabu lalu. Hanya 30% bangku non-reserved di kereta Nozomi di jalir Tokaido Shinkansen yang meninggalkan Stasiun Shin-Osaka setelah pukul 9 pagi saja yang terisi, dan jalur kereta lain di Tokyo hanya terisi 5% saja.
Di sisi lain, tingkat okupansi kursi berdasarkan pemesanan penerbangan ke Tokyo dengan All Nippon Airways dan Japan Airlines pada Rabu lalu menunjukkan masing-masing 74,0 persen dan 73,9 persen dengan status reservasi maskapai menunjukkan waktu 23 April.