Tak bersosialisasi, tak bersalaman, dan tentunya tak berpelukan, itulah hal-hal yang wajib dilakukan oleh para atlet yang akan berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo pada musim panas mendatang. Setidaknya, hal itulah yang tertulis dalam buku peraturan terkait virus yang baru saja dirilis pada Selasa (9/2) lalu oleh pihak penyelenggara. Namun, mereka memiliki rencana lain: memberikan kondom saat Olimpiade Tokyo. Lho?
Ya, melansir AFP via Japan Today, dokumen 33 halaman yang menjadi peraturan terakhir dalam serangkaian pedoman pelaksanaan Olimpiade Tokyo tersebut juga mengingatkan bahwa para atlet yang melanggar pearaturan anti virus tersebut akan dikeluarkan dari pertandingan.
Berdasarkan pedoman tersebut, para atlet akan melakukan tes setidaknya sekali setiap empat hari, dan akan dilarang berkompetisi jika mereka terbukti positif. Waktu bebas mereka di Jepang pun dibatasi untuk meminimalkan risiko dan mereka yang tinggal di Olympic Village juga akan diminta untuk menghindari bentuk kontak fisik yang tidak darurat.
Dan seperti sudah disebutkan di atas, pihak penyelanggara juga mengatakan bahwa mereka berencana untuk membagikan sekitar 150.000 kondom gratis pada para atlet, namun buku pedoman baru tersebut malah meminta mereka untuk membatasi kontak fisik dengan orang lain sebisa mungkin. Hm, bingung juga ya?
"IJika sebelumnya Anda pernah mengikuti Olimpiade, kami tahu bahwa olimpiade kali ini akan sangat berbeda. Bagi seluruh partisipan Olimpiade, akan ada beberapa kondisi dan kendala yang membutuhkan fleksibilitas dan pemahaman Anda,” begitu yang ditulis dalam buku peraturan tersebut.
Kumpulan peraturan bagi atlet dan staf resmi tim ini dijadwalkan untuk direvisi pada April dan Juni mendatang, mengikuti dirilisnya handbook bagi ofisial olahraga, media, dan broadcaster pada minggu lalu. Dokumen tersebut juga menjelaskan rincian terkait pengujian virus untuk para atlet dan bukti tes negatif yang diperlukan dalam 72 jam sebelum perjalanan ke Jepang dan segera setelah kedatangan mereka.
Para atlet tak akan menjalani masa karantina dan mereka pun diperbolehkan untuk mengikuti training camp di Jepang sebelum olimpiade dimulai, namun semua pergerakan mereka harus diawasi dengan ketat dan penggunaan transportasi umum pan harus dengan izin.
Selain itu, para atlet juga diminta untuk tidak memngunjungi gym, area turis, toko-toko, restoran atau bar dan hanya mengunjungi lokasi olimpiade dan beberapa lokasi lainnya yang telah diatur. Mereka juga diwajibkan untuk selalu menggunakan masker kecuali saat bertanding, berlatih, makan, tidur, atau di luar area terbuka.
Buku aturan yang dirilis oleh penyelenggara, staf resmi Olimpiade Tokyo dan pemerintah Jepang tersebut dibuat untuk meningkatkan kepercayaan bahwa olimpiade dapat berjalan dengan aman meski infeksi masih mengintai.
Terkait vaksinasi, meski memang direkomendasikan bagi para atlet, tidak ada kewajiban untuk melakukannya.
Kendati demikian, dukungan untuk tetap menggelar even olahraga besar ini tetap rendah, dengan sekitar 80% masyarakat Jepang meminta agar Olimpiade Tokyo ditunda kembali atau dibatalkan, sesuatu yang sangat bertentangan dengan keinginan pemerintah.
Penolakan semakin parah setelah komentar sekis yang dilontarkan oleh presiden Olimpiade Tokyo 2020, Yoshiro Mori yang menyebut bahwa wanita terlalu banyak bicara dalam rapat. Kini, ia pun memutuskan untuk mundur setelah kejadian tersebut terjadi.
Olimpiade Tokyo sendiri rencananya akan digelar pada 23 Juli mendatang (jika tak dibatalkan atau ditunda kembali).