Seiring kebijakan sukarela Jepang tentang "jishuku", atau pengendalian diri berlanjut, semakin banyak orang yang work from home, dan keluarga pun menghabiskan lebih banyak waktu bersama daripada sebelumnya. Karena banyak orang sering harus bekerja berjam-jam dan tidak dapat meninggalkan kantor sampai larut malam sebelum wabah, pengaturan baru ini bisa menjadi benar-benar indah atau secara mengejutkan tidak menyenangkan bagi individu dan keluarga mereka. CyberOwl, yang dimiliki oleh situs informasi keuangan MoneyKai, ingin mengetahui bagaimana kehidupan keluarga dipengaruhi oleh anjuran pemerintah untuk stay at home, jadi mereka bertanya kepada 525 wanita menikah dari seluruh negara dalam tajuk survei pasangan Jepang online pada bulan April kemarin.
Untungnya, sebagian besar responden survei pasangan Jepang ini senang memiliki suami mereka di rumah. Dari 346 wanita yang mengatakan bahwa mereka dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan suami mereka, 67% dari responden positif mengatakan bahwa mereka senang tentang hal itu. Ketika ditanya alasannya, respons yang paling umum adalah karena mereka memiliki lebih banyak waktu luang bersama (38%), sementara 31% senang mendapat bantuan ekstra untuk mengurus rumah dan dapat bersama dengan anak-anak. Kedua jawaban itu membentuk hampir 70% dari total respon. Sedangkan 19% menjawab bahwa mereka senang karena mereka bisa makan bersama, sementara 10 persen mengatakan itu karena mereka menjadi lebih dekat, 2% ditandai "lainnya".
Namun, 33% wanita survei pasangan Jepang lainnya mengatakan bahwa mereka tidak senang menghabiskan begitu banyak waktu dengan suami mereka. Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa itu karena mereka merasa stres tidak mendapatkan cukup waktu untuk diri mereka sendiri atau untuk bersantai (58% dari yang menjawab tidak senang). 23% tidak bahagia karena mereka merasa beban kerja mereka meningkat, atau mereka tidak mendapatkan bantuan di sekitar rumah. 12% khawatir tentang krisis finansial dan masa depan.
7% dari kelompok wanita yang tidak bahagia memilih "lainnya". Salah satu tanggapan itu adalah, "Saya harus menghadapi sebagian dari kepribadiannya yang dulu saya abaikan." Mungkin pasangan yang belum bisa menghabiskan banyak waktu bersama sebelum mengetahui siapa pasangan mereka untuk pertama kalinya, dan itu membutuhkan beberapa penyesuaian. Hasil survei pasangan Jepang ini mungkin dapat dijadikan upaya mencegah benih-benih coronadivorce.
Selanjutnya, 346 wanita yang mengatakan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu dengan suami mereka, ditanya berapa banyak suami mereka yang membantu pekerjaan rumah sejak karantina mandiri. Sebanyak 81% wanita mengatakan bahwa suami mereka membantu di rumah. Dari mereka, 233 wanita mengatakan bahwa suami mereka selalu membantu di rumah, dan sekitar setengah dari jumlah itu mengatakan bahwa suami mereka lebih banyak membantu sekarang daripada sebelumnya. 48 wanita mengatakan bahwa suami mereka tidak terbiasa berbagi tanggung jawab rumah tangga, tetapi melakukannya sekarang.
Sebaliknya, sekitar 20% responden survei pasangan Jepang mengatakan bahwa suami mereka tidak pernah membantu di sekitar rumah dan tetap tidak melakukannya meskipun menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Di antara angka-angka itu, sekitar setengah dari wanita itu berusia empat puluhan atau lebih tua, yang menunjukkan bahwa pria yang lebih tua cenderung kurang mau membantu pekerjaan rumah daripada pria yang lebih muda.