Mulai April mendatang, pasangan yang baru menikah di Jepang kini dapat menerima bantuan biaya hingga 600.000 yen (sekitar 84 juta rupiah) untuk memulai hidup baru jika mereka tinggal di kota yang mengadopsi program dukungan pengantin baru dari pemerintah Jepang.
Sumber dari Kantor Kabinet menjelaskan, karena angka kelahiran yang sangat rendah, terutama berkaitan dengan kecenderungan orang-orang terlambat menikah atau tidak ingin menikah, pemerintah Jepang mencoba meningkatkan angka pernikahan dengan meningkatkan program untuk memberikan sejumlah uang yang lebih besar dan mencakup lebih banyak pasangan.
Untuk menerima bantuan ini, baik suami maupun istri harus berusia di bawah 40 tahun pada tanggal mendaftarkan pernikahan mereka, dan memiliki pendapatan gabungan kurang dari 5,4 juta yen, atau 4,8 juta yen dari usia 35 di bawah kondisi saat ini untuk menerima bantuan sampai 300.000 yen.
Untuk saat Ini, baru 281 kotamadya, atau 15 persen dari semua kota besar, kota kecil, dan desa di Jepang, yang telah mengadopsi program tersebut karena mereka harus menanggung setengah dari biaya. Tetapi dalam upaya untuk meningkatkan angka kelahiran, pemerintah pusat akan menanggung dua pertiga dari fiskal 2021.
Insentif ekonomi dianggap efektif untuk mendorong orang untuk menikah, karena 29,1 persen pria dan 17,8 persen wanita lajang berusia 25 sampai 34 tahun menyebutkan kurangnya biaya menjadi alasan mereka tidak menikah, dalam survei tahun 2015 oleh National Institute of Population and Social.