Berita Jepang | Japanesestation.com

Di banyak negara di seluruh dunia, seorang wanita diharapkan mengubah beberapa aspek tentang dirinya setelah menikah, dari gaya rambut sampai ke gaya pakaiannya. Meskipun kebanyakan wanita sebenarnya tidak ingin merubah diri mereka, namun keadaan memaksa mereka untuk berubah. Salah satunya di Jepang, di mana saat ini kebanyakan wanita di negara ini tidak ingin menikah. Berikut ini adalah lima hal yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh seorang wanita Jepang setelah menikah.

1. Memakai Furisode

Furisode
Furisode, Kimono untuk wanita usia menikah yang belum menikah (alojapan.com)

Furisode adalah kimono lengan panjang yang formal, rumit, yang biasanya dipakai untuk upacara Hari Kedewasaan di Jepang. Furisode juga biasa dikenakan oleh wanita muda yang belum menikah untuk acara sosial lainnya yang membutuhkan penampilan formal, seperti menghadiri upacara pernikahan dan upacara minum teh. Kimono ini memiliki makna bahwa wanita yang mengenakannya belum menikah tetapi sudah cukup umur untuk menikah, jadi wanita yang sudah menikah tidak boleh memakai furisode.

2. Tetap Tanpa Anak

Tanpa Anak
Tekanan sosial memaksa pasangan untuk segera punya anak setelah menikah (theculturetrip.com)

Di negara manapun, selalu ada tekanan sosial yang besar bagi pasangan yang sudah menikah untuk segera memiliki anak. Banyak yang percaya bahwa ini adalah salah satu alasan terbesar semakin banyak orang Jepang, terutama wanita, menunda pernikahan hingga usia tiga puluhan, untuk menunda menjadi orang tua. Saat ini, hanya 2% dari anak-anak di Jepang yang lahir di luar nikah, dibandingkan dengan di Amerika dan Inggris yang mencapai angka 40%. Di Jepang, pernikahan dan memiliki anak berjalan seiringan.

3. Lanjut Bekerja

tetap bekerja
Sulitnya bekerja sambil mengurus pekerjaan rumah bagi para wanita (theculturetrip.com)

Banyak orang Jepang yang masih terikat dengan pemikiran “keluarga tradisional”, dimana sang ayah bekerja dan menafkahi keluarganya, sedangkan istri merawat suami dan anak-anaknya di rumah. Bahkan kalaupun suaminya tidak memintanya untuk berhenti dari pekerjaannya, para istri di Jepang mungkin merasa terlalu sulit untuk mengatasi pekerjaan sambil melakukan sebagian besar pekerjaan rumah. Tapi pemikiran ini terus berubah karena semakin banyak wanita yang terjun ke dunia kerja.

4. Menggunakan Nama Keluarga Aslinya

Meskipun undang-undang tidak mengharuskan wanita untuk mengganti nama keluarganya menjadi nama keluarga suaminya setelah menikah, tetapi Hukum Perdata Jepang memang mengharuskan pasangan yang sudah menikah untuk memiliki nama belakang yang sama. Selain itu, lebih dari 95% wanita Jepang yang sudah menikah memilih untuk menggunakan nama keluarga suaminya.

5. Mempertahankan Gayanya

Mempertahankan gaya
Wanita di Jepang didorong untuk mengubah gayanya setelah menikah (theculturetrip.com)

Wanita Jepang didorong untuk merapikan atau memperhalus gaya rambut dan riasan, serta selera gaya mereka, saat mereka menjadi istri dan ibu. Sering kali, hal ini juga merupakan perkembangan alami, karena selera orang berubah dan berkembang secara alami seiring bertambahnya usia. Ini termasuk gaya kimono dan yukata tradisional juga, semakin tua seorang wanita, semakin halus dan sederhana gaya kimono-nya.