Jepang mungkin identik sebagai negara maju dan serba praktis, penuh dengan gadget super canggih hingga robot-robot keren. Memang, semua itu bisa kalian temukan di Jepang, terutama di pusat kota Tokyo. Namun, jika teman-teman mengunjungi pusat kota dan berjalan sedikit ke “pinggiran,” kalian akan menemukan sosok bangunan berbentuk mirip dengan rumah susun di Indonesia. Nah, itu adalah danchi, alias komplek perumahan publik di Jepang. Untuk lebih jelasnya, yuk simak pembahasan berikut!
Apa sih Danchi itu?
Danchi (団地, "group land") adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menggambarkan sebuah klaster bangunan apartemen atau rumah dengan desain dan gaya yang sama dan biasanya dibangun sebagai perumahan publik oleh pemerintah. Danchi yang umurnya lebih tua biasanya sering dibandingkan dengan Khrushchyovka, proyek pengembangan rumah di Uni Soviet dari era yang sama.
Proyek ini dibangun di Jepang pada tahun 1960 hingga 1970-an untuk menyelesaikan krisis perumahan akibat akhir Perang Dunia II. Karena itu, harga sewanya pun lebih murah. Danchi pun bukan sekadar rumah dan berhasil mewujudkan sebuah komunitas yang dilengkapi dengan toko-toko, taman bermain, dan sekolah-sekolah di kompleks yang lebih besar. Saat itu, danchi seakan menjanjikan masa depan, merfleksikan mimpi penduduk Jepang akan modernitas yang menggambarkan perkembangan, kemajuan, dan keabadian. Sayangnya, kini, danchi merupakan sumber dari berbagai isu sosial.
Lahirnya danchi
Tadi sudah disebut kan kalau danchi dibangun untuk menyelesaikan krisis perumahan? Memang benar. Jadi, sebelum perang, orang-orang Jepang tinggal dalam rumah terpisah biasa dan hanya ada beberapa bangunan mirip apartemen yang disebut nagaya, sebuah bangunan kayu 2 lantai. Nagaya terdiri dari 2 buah ruangan multifungsional dengan tatami dengan luar sekitar 20 meter persegi. Dapur dan kamar mandi biasanya digunakan bersama dan berlokasi di ujung koridor setiap lantai. Namun, bangunan itu tak cocok digunakan sebagai tempat tinggal dalam krisis pasca-perang.
Setelah kalah perang, Jepang pun berusaha untuk membangun kembali ekonomi mereka dan harga-harga lahan pun meroket, menyebabkan masalah besar di Tokyo dan Osaka. Dan pada tahun 1950-an di mana populasi meningkat, pemerintah pun memutuskan untuk membentuk Japan Housing Corporation (JHC) yang bertugas untuk membentuk sebuah perumahan massal bagi masyarakat kelas menengah. Akhirnya, danchi pun lahir pada tahun 1960-an setelah sang arsitek, Kisho Kurokawa mengunjungi Uni Soviet untuk mencari inspirasi. Karena itu, tak aneh jika bangunan danchi pertama Jepang terlihat seperti bangunan khrushchevka di Uni Soviet.
Danchi pun disambut baik oleh penduduk Jepang karena harga sewanya yang lebih murah dibanding apartemen biasa.
Mengintip isi danchi
Mayoritas danchi pada tahun 1960-an berukuran 41 meter persegi dan berisi sebuah genkan, ruangan ber-tatami multi fungsi yang dipisahkan dengan partisi fusuma dan sebuah area dapur-makan (biasa disebut “DK”) dan sebuah kamar mandi kecil. DK menjadi aset utama modernisasi di Jepang, membuat anggota keluaga berkumpul untuk makan bersama. Kamar mandi pribadi dan pintu masuk metal pun merupakan inovasi yang sangat diapresiasi oleh para pasangan muda yang membutuhkan privasi lebih. Teman-teman bisa melihat contoh isi danchi dalam video berikut!
Danchi umumnya memang lebih sempit dibanding apartemen atau rumah di Jepang, namun banyak banget orang yang ingin menyewanya. Karena itu, JHC pun membuat sebuah lotere untuk mendapatkannya.
Danchi memang sempat dipuja, namun, kini danchi dihina dan banyak masalah sosial yang mengelilinginya. Penasaran? Simak di halaman 2!