Berita Jepang | Japanesestation.com

Apakah kamu menyebut diri kamu sendiri sebagai otaku? Biasanya otaku sering dikaitkan dengan hobi-hobi seputar anime, manga, atau kultur pop Jepang lainnya.

Awalnya 'otaku' dalam bahasa Jepang formal bisa diartikan sebagai "Anda" (sonkeigo--bentuk honorifik untuk meningkatkan derajat lawan bicara/menghormati lawan bicara). Namun kini, istilah 'otaku' yang kita kenal akhirnya muncul sejak digunakan oleh seorang penulis esai bernama Akio Nakamori pada tahun 1983.

Dalam kamus bahasa Jepang pun, kata otaku digolongkan sebagai kosa kata colloquial atau bahasa sehari-hari yang bisa dikatakan sebagai bahasa gaul yang tidak resmi. Definisi dari kata 'otaku' sendiri bermacam-macam, terutama bila kamu mencarinya dari Wikipedia atau Urban Dictionary. Banyak hasil-hasil yang mendeskripsikan otaku dengan makna yang definitif, stigmatis, maupun dibahas dari asal pertama kali kata tersebut digunakan.

Namun yang terpenting, kata 'otaku' sering disematkan kepada mereka yang memfokuskan hobi mereka kepada kultur pop Jepang, seperti anime, manga, musik, atau games.

Pandangan masyarakat soal otaku bermacam-macam, namun pernahkah kamu penasaran akan pandangan warga Jepang akan ketertarikan warga asing terhadap kultur pop mereka? Atau bagaimana mereka memandang masyarakat Jepang lainnya yang mengaku sebagai otaku dan menghidupi gaya hidup otaku?

Otaku di Jepang seringkali terlihat mencolok, terutama dari cara mereka berpakaian hingga berperilaku. Tidak jarang seorang otaku berani menggunakan merchandise anime atau game di tengah keramaian, membuat hobi atau idola mereka mudah ditebak oleh orang di sekitar mereka.

Menariknya, pertanyaan kita dapat dijawab dari survey yang diadakan oleh sebuah perusahaan jobhunting bagi mereka yang mencari kerja part-time maupun full-time bernama DIP (Dream Idea Passion).

Mereka mengadakan survey dari yang diikuti oleh 1.843 responden dari usia 10 hingga 40 tahun. Ternyata 37.4% responden menyatakan diri mereka sebagai seorang otaku. Angka yang lumayan besar, ya?

Kemudian pertanyaan lainnya dari survey tersebut adalah tentang identitas mereka sebagai otaku; apakah orang di sekitar mereka tahu bahwa mereka adalah seorang otaku? Rupanya di balik jawaban yang bermacam-macam, 1 dari 10 orang yang disurvey menutupi identitas mereka sebagai seorang otaku. Apakah memang sememalukan itu?

Sementara ketika survey berikutnya diadakan oleh DIP kepada masyarakat awam, ditemukan beberapa stigma terhadap otaku; apa yang melintasi pikiran mereka ketika mendengar kata 'otaku'?:

1. Seseorang yang terobsesi dengan hobi mereka (61.9%)

2. Seseorang yang suka anime (50.4%)

3. Orang yang banyak tahu tentang banyak hal (47.9)

4. Orang-orang dengan dunia mereka sendiri (46.8%)

5. Akihabara (45.6%)

6. Mereka yang sedang memasuki golden age mereka (41.5%)

7. Seseorang yang suka manga (38.8%)

8. Seseorang yang suka video games (37.8%)

9. Tas ransel (23.5%)

10. Meningkatnya angka perempuan 'otaku' (18.9%)

10 besar respon masyarakat sangat beragam tentang otaku. Ternyata, jika ditanya apa yang melintas di kepala mereka jika kata 'otaku' disebutkan, banyak hal yang muncul di kepala masyarakat awa. Seperti benda, 'stigma', bahkan lokasi yang paling sering dikunjungi oleh seorang otaku yang menggeluti hobi mereka.

Namun, di balik hal-hal yang melintasi pikiran mereka tersebut, apa pandangan mereka yang sebenarnya tentang otaku yang hidup bermasyarakat bersama mereka? Yuk, baca halaman berikutnya!