Berita Jepang | Japanesestation.com

"Properti dengan stigma" adalah sebuah tempat tinggal di mana orang pernah meninggal di dalamnya, seringkali ditinggalkan dalam keadaan yang tidak menyenangkan atau menyeramkan. Properti ini cenderung dijauhi dan makelar seringkali putus asa untuk menjual atau menyewakannya lagi.

Ada ungkapan yang digunakan pada daftar persewaan real estate: "Detail harus diungkapkan kepada calon pelanggan". Ini adalah tanda bahwa properti yang ditawarkan adalah yang disebut sebagai properti "insiden" atau "kecelakaan", “jiko bukken” dalam bahasa Jepang, tempat pemilik sebelumnya bunuh diri, terlibat dalam pembunuhan, atau meninggal sendirian, terutama jika tubuhnya tidak ditemukan untuk beberapa waktu.

Properti di Jepang
Ilustrasi properti di Jepang (pen-online.com)

Sebuah stigma yang kuat muncul dari hal-hal ini, orang cenderung menghindarinya, dan banyak yang percaya bahwa tempat itu kemungkinan besar berhantu. Sebagian besar calon penyewa menjauhi segera setelah mereka mengetahui properti yang ditawarkan termasuk dalam kategori ini, dan makelar akan terus berjuang untuk menemukan siapa pun yang siap untuk tinggal di dalamnya. Untuk bisnis real estate, "properti dengan stigma" ini adalah berita buruk.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang mulai melihat sisi positif dari properti bermasalah ini, terutama fakta bahwa properti tersebut umumnya disewakan atau dijual dengan harga jauh lebih murah daripada properti lain dengan ukuran dan lokasi yang sama.

Memecahkan Masalah Properti dengan Stigma

Hanahara Kouji, presiden perusahaan real estate Nikkei Marks
Hanahara Kouji, presiden perusahaan real estate Nikkei Marks (nippon.com)

Hanahara Kouji, presiden perusahaan real estate Nikkei Marks, mengatakan “Masyarakat Jepang semakin tua, dan salah satu masalah yang ditimbulkan adalah masalah perumahan yang ditinggalkan. Ini adalah masalah yang semakin parah setiap tahunnya. Saya merasa bahwa dengan berfokus pada penjualan rumah baru dengan mengorbankan properti bekas yang masih bisa ditempati lagi, kami adalah bagian dari masalah tersebut.”

Pada 2016, Hanahara mendirikan Nikkei Marks. Tiga tahun kemudian, dia meluncurkan situs Jōbutsu, dengan konsep merehabilitasi properti dengan stigma dan membawanya kembali beredar di pasar properti. Ia mengatakan bahwa ide aslinya untuk situs tersebut adalah untuk mempermudah menyampaikan properti ini kepada orang-orang yang tidak keberatan dengan masa lalunya. Inisiatif baru tersebut disambut secara luas oleh orang-orang dari industri tersebut, yang telah berjuang selama bertahun-tahun dengan properti, dan mendorong respons yang jauh lebih luas daripada yang ia perkirakan.

Dipercaya Sebagai Hal yang Tabu

Properti di Jepang
Ilustrasi properti di Jepang (irishtimes.com)

Daya tarik terbesar dari properti dengan stigma adalah harganya yang jauh lebih murah. Dalam beberapa kasus, harga umumnya sangat rendah sehingga beresiko memperburuk nilainya. 18 bulan setelah meluncurkan situs tersebut, Hanahara mengatakan pasar untuk properti ini dipersulit oleh sejumlah komplikasi terkait.

“Hampir tidak ada data penjualan yang terakumulasi pada properti ini, jadi sulit untuk mengetahui harga berapa yang dikeluarkan pada masa lalu. Ini menyulitkan kami untuk mendapatkan pembiayaan bank untuk bisnis ini.”

Selain itu, stigma publik terbukti sulit untuk diubah. Orang percaya bahwa mereka berhantu, dan ini menyulitkan penilaian yang adil atas nilai mereka sebagai properti. Salah satu alasan mengapa begitu banyak orang menghindari properti ini berkaitan dengan pandangan budaya yang mengakar tentang kematian sebagai sesuatu yang mencemari, dan karena itu tabu.

Untuk mencoba dan melawan kepercayaan ini, Matsubara Tanishi, seorang komedian, membentuk regu petugas kebersihan khusus untuk melakukan berbagai upacara penyucian pada properti ini. Selain pembersihan mendalam yang biasa dilakukan oleh properti mana pun sebelum dijual, Matsubara meminta timnya melakukan ritual pemurnian ala Shinto dan upacara Buddha untuk mendoakan jiwa yang hilang. Perusahaan kemudian mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa almarhum telah menemukan kedamaian dan tidak lagi menimbulkan ancaman paranormal, berusaha menurunkan hambatan psikologis bagi calon penghuni baru.

Properti di Jepang
Ilustrasi properti di Jepang (pen-online.com)

Perusahaan juga mengembangkan rencana untuk memanfaatkan harga relatif murah dengan bekerjasama dengan seniman dan spesialis perbaikan rumah. Pada akhirnya, Matsubara berharap bahwa upaya ini akan membantu membangun stigma yang lebih positif di benak orang-orang tentang properti ini sebagai tempat yang bergaya, bernilai untuk uang.

Perjuangan untuk Mengubah Pandangan Sosial

“Secara keseluruhan, orang Jepang masih percaya bahwa properti yang baru dibangun adalah yang terbaik. Namun properti yang distigmatisasi memiliki sejumlah faktor yang membuatnya menarik, tidak hanya untuk orang yang mencari tempat tinggal yang murah, tetapi juga kelompok lain seperti orang asing dan lansia, yang sering kesulitan menemukan persewaan di pasar konvensional. Rintangannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan properti biasa,” kata Hanahara.

"Berhantu? Saya berharap begitu!"

Matsubara Tanishi, tokoh media yang tinggal di properti dengan stigma
Matsubara Tanishi, tokoh media yang tinggal di properti dengan stigma (nippon.com)

Matsubara Tanishi, yang juga terkenal sebagai tokoh media yang telah tinggal di properti dengan stigma, mengatakan semuanya dimulai ketika dia setuju untuk tinggal di salah satu properti ini untuk serial TV yang menampilkan kisah-kisah horor di kehidupan nyata.

“Saya pikir hantu itu ada. Tapi lebih dari itu, saya sebenarnya ingin ada hantu. Ada begitu banyak berita menyedihkan akhir-akhir ini, dan sangat mudah untuk mendapatkan informasi. Namun terkadang rasanya tidak ada misteri lagi yang tersisa di dunia untuk menggetarkan atau menakuti kita lagi,” kata Matsubara.

“Jadi dalam pengertian itu, tidak ada bukti ilmiahnya, bukan? Itu adalah sesuatu yang tidak diketahui, tidak dapat dijelaskan oleh sains. Dan hantu terasa lebih dekat dengan kehidupan kita daripada sesuatu seperti UFO. Paranormal adalah sesuatu yang dialami orang pada tingkat individu. Bahkan jika kamu berpikir mereka mungkin berbohong atau berhalusinasi, faktanya tetap ada orang yang mengatakan bahwa mereka telah melihat hantu."

Ada beberapa hal yang tidak bisa kami jelaskan, kata Matsubara. “Jadi hantu benar-benar ada. Saya suka gagasan bahwa masih ada beberapa hal yang belum kita ketahui. Saya pikir ini adalah semacam harapan dan dorongan untuk dunia yang agak dangkal yang kita jalani saat ini."