Tidak peduli berapa lama kamu tinggal di Jepang, the G-word alias gaijin selalu bisa membuat kamu merasa senang maupun sedih, tergantung bagaimana kamu memandangnya dan bagaimana orang tersebut memandang kamu.
Seorang penulis artikel bernama Kirsty Kawano membagikan perspektifnya sebagai orang asing di Jepang.
Tidak jarang Kirsty mendengar kaya "Gaijin da!" (hei, orang asing yah?!) yang membuat Kirsty merasa seperti binatang liar yang tiba-tiba saja berkeliaran di kota. Tentu saja hal itu tidak menyenangkan untuk dirasakan, bukan?
Meski perkataan tersebut diucapkan oleh anak kecil, namun tetap saja kalimat itu berdampak kepada perasaan Kirsty; langsung saja moodnya pada hari itu turun begitu saja. Namun tetap saja, Kirsty membalas dalam bahasa Jepang "anak tidak sopan" kepada anak tersebut. Yah, mau bagaimanapun juga, Kirsty tetap merasa bersalah karena harus membalas celetukan anak kecil.
Seandainya kamu pergi ke Jepang dan mengalami apa yang Kirsty rasakan, apa yang harus kamu lakukan? Berikut ini beberapa tipsnya!
Memandangnya dari perspektif lain
Kirsty memang seorang american. Ia tidak bisa mengubah takdirnya dan tiba-tiba saja berubah menjadi kuning dan bermata sipit seperti orang Jepang lainnya. Meski upayanya dalam belajar bahasa Jepang dan blend in masih dirasa kurang, namun akhirnya Kirsty mencoba berdamai dengan memandang bahwa mungkin mereka tertarik dengan budaya saya.
Terutama bagi orang Jepang, dunia orang barat sejak dulu sudah menjadi sesuatu yang menarik bagi mereka, mengingat orang Jepang tidak terlalu jago berbahasa Inggris, dan juga sering memasukkan referensi Amerika dan Eropa dalam anime-anime mereka. Pengetahuan itulah yang membantu Kirsty untuk 'berdamai' dengan anak kecil yang nyeletuk tersebut.
Jadi, jika kamu pergi ke Jepang dan dipandang berbeda dari mereka, cobalah berpikir positif: mungkin mereka memang tertarik dengan saya dan budaya negara saya, tapi mereka tidak bisa mengungkapkannya dengan baik.
Melihat sisi positif dari perbedaan
Mungkin kata "gaijin da" membuatmu gentar dan sedih, terutama bila kamu sudah tinggal lama sekali di Jepang. Namun kita mungkin bisa membandingkan dengan rasisme yang terjadi di Amerika terhadap orang kulit hitam, atau rasisme yang dihadapi warga Papua ketika tiba di ibukota. Mengacu kepada poin pertama di atas, mari kita melihat sisi positif dari perbedaan yang ada dari masyarakat Jepang dan kita sebagai pendatang.
Dengan melihat sisi positif dari perbedaan tersebut dan mensyukuri bahwa kita tidak terkena diskriminasi yang rasis, kita bisa cope dari rasa asing tersebut.
Menguatkan diri sendiri
Sebagai seorang pendatang, tentu saja menjadi asing di tanah orang bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Menguatkan diri sendiri akan celetukan tersebut dan cenderung bodo amat adalah sifat yang sangat penting jika tinggal di negara orang. Fokuskan diri kamu kepada mereka yang menyambut kamu di Jepang dengan hangat, mereka yang menyapa dan menanyakan "bagaimana keindahan di Indonesia?". Ingatlah terus mereka yang menyambut dan berpikir positif tentangmu, maka kamu akan lebih kuat tinggal di tanah orang, dalam kasus ini, tinggal di Jepang.
Nah, apakah tips-tips ini membantu? Sudahkah kamu siap tinggal di Jepang?