Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah turis asing yang mengunjungi Jepang telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, dan orang asing yang tinggal di Jepang juga meningkat jumlahnya. Jepang adalah negara yang aman dan dilengkapi dengan infrastruktur, menjadikannya sangat nyaman bagi orang asing untuk tinggal.
Di sisi lain, ketika mereka mencoba membiasakan diri tinggal di Jepang, terkadang mereka merasa ada “tembok” besar yang tidak dapat mereka hadapi dengan mudah. Masalah hubungan dengan orang Jepang yang menjunjung tinggi disiplin, perilaku, dan koordinasi. Berikut ini adalah hal-hal yang membuat orang asing merasa kesulitan berteman dengan orang Jepang.
1. "Gaijin Card"
Yang disebut "Gaijin Card" atau kartu orang asing adalah wildcard yang sering dibicarakan, yang dapat digunakan orang asing untuk mendapatkan pengampunan instan atas pelanggaran budaya di Jepang. Orang Jepang yang terkenal penentang konfrontasi pasti akan berusaha keras untuk menghindari percakapan yang panjang atau rumit dengan orang-orang yang berbicara dengan bahasa asing. Hal ini berarti berpura-pura tidak tahu bahasa Jepang atau etiket Jepang dapat memberi orang asing semua jenis bonus dalam situasi sosial yang orang Jepang biasa tidak akan bisa dapatkan.
Kata “gaijin”, pada kenyataannya, adalah label yang berarti sedikit merendahkan, tetapi diterima secara universal untuk orang asing di Jepang. Orang Jepang tidak akan pernah berhenti menyebut kamu sebagai “orang asing”, tidak peduli seberapa dekat hubungan kamu atau berapa lama kamu telah tinggal dan menjadi penduduk di Jepang. Tetapi ada juga orang Jepang yang berusaha keras untuk berteman dengan orang asing, biasanya untuk tujuan kepentingan diri sendiri seperti untuk berlatih bahasa Inggris gratis, atau kencan romantis ala film Hollywood.
Tetapi tidak semua orang Jepang memperlakukan orang asing seperti ini, semuanya tergantung pada individu masing-masing. Kamu masih bisa menemukan banyak orang Jepang yang akan memperlakukanmu setulus hati.
2. Pujian
Rasanya luar biasa ketika seseorang dengan tulus memuji keterampilan bahasa kamu, penampilan eksotis kamu, dan keahlian unik kamu. Tetapi berbeda ketika orang terus-menerus memuji keahlian yang paling dasar seperti menggunakan sumpit dan mengucapkan "terima kasih" dalam bahasa Jepang.
Pujian kecil yang tidak langsung ini disebut dalam sosiologi dengan istilah "Microaggressions". Pada dasarnya, ketika orang Jepang memuji cara kamu menggunakan sumpit atau pengucapan frasa bahasa Jepang dasar kamu, atau bertanya "Kapan kamu akan kembali ke negara asal kamu?" dan "Apakah kamu suka wanita Jepang?", ini berarti mereka menegaskan kembali "perbedaan" kamu. Mereka Mengonfirmasi stereotip mereka sendiri tentang orang asing, dengan cara memuji agar terasa sulit untuk disangkal atau tersinggung.
3. "Honne to Tatemae"
Orang Jepang cenderung suka berbasa-basi, dan memang sulit berteman dengan seseorang yang tidak pernah benar-benar memberi tahu secara langsung bagaimana perasaan mereka atau apa yang mereka pikirkan. Apa yang orang Jepang katakan, sering kali tidak sama dengan apa yang mereka rasakan, dan terkadang memiliki maksud atau arti yang berbeda. Hal inilah yang memunculkan istilah “honne to tatemae” di Jepang, yang berarti “apa yang ditampilkan tidak sama dengan yang ada di hati”.
Ketika mengelak atau menolak sesuatu, orang Jepang biasanya hanya mengatakan frasa seperti “sore wa chotto…” yang bisa dengan mudah dipahami oleh sesama orang Jepang sebagai kalimat penolakan suatu tawaran. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi orang asing. Tidak adanya alasan yang diberikan untuk menolak ini seringkali membuat orang asing kebingungan memahami orang Jepang.
4. Perencanaan
Ketika harus bertemu dengan orang Jepang, kamu harus melalui pertukaran pesan lewat e-mail dan telepon yang panjang untuk menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk bertemu. Dan terkadang, pertemuan harus direncanakan dari jauh-jauh hari, bahkan berbulan-bulan sebelumnya.
Di sisi lain, ada banyak orang Jepang yang merasa kesal karena, beberapa orang asing cenderung merencanakan sesuatu secara langsung, bahkan secara mendadak.
5. Membutuhkan Waktu
Di Jepang, memulai percakapan cukup mudah, tetapi butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun agar kontak pertama itu berkembang menjadi hubungan yang lebih dekat. Ini kembali ke filosofi Jepang, "uchi" dan "soto". Pada dasarnya, rekan kerja dekat, anggota keluarga dan teman jangka panjang adalah "uchi" ("di dalam") dan yang lainnya adalah "soto" ("di luar"). Mengembangkan hubungan kamu dari “soto” ke “uchi” membutuhkan waktu yang sangat lama dan sangat sulit.
Artikel dari berbagai sumber.