Jepang dikenal serba mahal, penuh keterbatasan. Tapi karena itulah justru warganya semakin memutar otak mencari jalan dan solusi untuk mengakali tetap bisa bisnis, mencari uang, di tengah keterbatasan yang ada.
Kali ini yang banyak dijumpai adalah keterbatasan tempat, ruangan, atau space. Itu sebabnya muncul istilah Dead Space, karena ruangan yang dipakai sangat kecil sekali, tetapi tetap dapat dipakai untuk dibisniskan. Misalnya untuk berjualan makanan sehingga menjadi sebuah restoran. Khususnya jualan sate, makanan ringan, bercampur dengan penjualan alkohol, sake, wine, whisky dan sebagainya. Makannya juga berdiri semua pada meja yang dikitari bersama, untuk tempat makanan. Itulah karakter Dead Space yang saat ini sedang trendi di Jepang. Ruangan sempit hanya sekitar 2,5 meter x 3 meter. Penjual sudah menyiapkan makanannya berupa sate, daging dan sebagainya. Lalu juga panggangan. Apabila ada tamu maka sate atau daging dibakar disaksikan bersama, di depan para tamu yang berdiri itu. Harganya tidak jauh beda dengan harga restoran biasa, tetapi memang lebih murah. Misalnya sate yang di restoran mungkin satu tusuk sekitar 130 yen, maka di dead space itu hanya sekitar 110 yen saja per tusuk. Di pasar bebas yang murah satu tusuk sate ayam hanya sekitar 80 yen. Penghasilan restoran dead space ini yang terbesar dan sangat diharapkan penjual, Takahashi, khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (3/6/2014) justru dari minuman. "Kalau penghasilan dari makanan sih kecil sekali. Kami berharap tamu yang datang juga banyak minum sake atau alkohol lain. Dari situlah keuntungan bisa besar," paparnya. Restoran Dead Space memiliki aturan juga yang harus diikuti oleh semua tamunya. Restoran ini bukan restoran diam-diaman walaupun antar tamu tidak kenal. Untuk memecah rasa dingin tersebut biasanya Takahashi menegur para tamu, "Bagaimana kabarnya? Kemarin saya lihat film ini itu bagus, sudah nonton belum?" seperti itulah pertanyaan umum yang dilontarkan, sehingga kebekuan suasana terpecahkan. Lalu bertanya ke sebelahnya atau di sampingnya lagi, sehingga akhirnya semua saling bicara satu sama lain. Seorang penjual atau owner restoran Dead Space ini harus bisa menjadi moderator menghubungi komunikasi satu sama lain sehingga suasana menjadi enak. Itulah mungkin salah satu irama dan suasana yang lain dari sebuah restoran Dead Space sehingga bisa berkenalan bebas satu sama lain, tidak kaku seperti restoran biasa. Aturan lain juga yaitu pengiriman minuman atau makanan harus bisa dilakukan bersama-sama. Karena ruangan sangat sempit, maka makanan atau minuman untuk tamu, apalagi yang di luar, harus mau digotong-gotong, dibawa oleh tamu yang paling dalam, dioperkan ke sampingnya dan seterusnya sampai kepada pemesan, tamu yang di luar. Demikian pula apabila ada tamu di dalam yang mau ke toilet, maka saat ke luar, tamu yang di sebelahnya dan seterusnya, harus ke luar dulu sehingga tamu paling dalam bisa ke luar menuju toiket. Seolah restoran dead space menjadi restoran keluarga besar yang satu sama lain jadi berkenalan dan harus ada tenggang rasa tinggi sehingga bersedia menggilirkan makanan minuman dan bahkan ke luar restoran bagi yang mau ke toilet. Semua berdiri tak ada tempat duduk. Yang ada hanya meja sempit cukup pas hanya untuk makanan dan gelas minuman saja. Meskipun dead space berukuran sangat kecil, harga sewa juga sudah sangat mahal di tempat yang ramai seperti di Shibuya Tokyo. Sebulan menurut Takahashi dengan luas hanya sekitar 9 meter persegi itu biaya sewa ruangan saja harus membayar sekitar 60.000 yen sebulan. "Dengan untung kecil ini memang tidak mudah bertahan terus. Oleh karena itu kita harus bisa menciptakan ide-ide baru serta suasana ramah nyaman dan enak bagi tamu sehingga mereka mau kembali lagi setiap hari kalau perlu ke restoran ini. Barulah ada penghasilan baik dan bisa bayar sewa ruangan," ungkapnya lagi. Entah apa yang dicari para tamu di Jepang datang makan dan minum di restoran Dead Space yang sempit itu serta bau dengan asap bakaran sate dan daging. Yang pasti di berbagai tempat di Jepang saat ini mulai trendi restoran Dead Space. Mirip warung mungkin, tetapi ini di dalam sebuah toko atau bangunan.