Berita Jepang | Japanesestation.com

Jepang memang memiliki banyak peraturan, termasuk peraturan terkait penggunaan sumpit dan cara makan. Saking banyaknya, bikin orang asing (dan beberapa penduduk lokal) bingung! Dan kini, ada sebuah etika makan baru yang dikemukakan oleh Michiko Honda, Wakil Kepala Sekolah “Infinity Finishing Academy” di Kota Fukuoka. Namun, etika baru tersebut malah membuat keributan di dunia maya. Pasalnya, ia menunjukkan bagaimana cara memakan onigiri (bola nasi Jepang) dengan cara “yang benar” dan orang-orang di seluruh penjuru Jepang pun kini tak tahu mana cara makan onigiri yang benar atau salah.  

Memang, bagaimana caranya? 

Menurut Honda, cara terbaik untuk memahami pentingnya onigiri adalah dengan memahami pentingya nasi dalam kultur Jepang. Bukan hanya merupakan makanan pokok di Jepang, budidaya padi telah membantu orang-orang membentuk permukiman permanen di zaman kuno, meningkatkan populasi serta membentuk gaya hidup yang berpusat pada kepentingan kelompok dan festival panen terkait.  

cara memakan onigiri japanesestation.com
Ilustrasi petani (pakutaso.com)

Berdoa pada para dewa utuk meminta kondisi cuaca ideal juga merupakan ritual yang masih dilakukan hingga sekarang, bahkan menginspirasi beberapa upacara tradisional, seperti upacara yang dilakukan sebelum pertandingan sumo. Ada juga ubutatemeshi, nasi ucapan syukur bagi dewa setelah kelahiran seorang bayi, dan okuizome, upacara makan pertama bagi seorang bayi di hari ke-100 hidupnya.  

Onigiri sendiri memiliki sejarah panjang yang menarik. Pada zaman Nara (710-794), sebelum sumpit digunakan secara umum, nasi kerap dibentuk menjadi bola-bola kecil agar mereka dapat digenggam dengan mudah. Lalu, pada zaman Heian (794-1185), nasi dibentuk ke dalam bentuk oval yang dikenal sebagai tonjiki. 

Kata “onigiri” sendiri digunakan mulai zaman Edo (1603-1868), saat bola nasi dibentuk menjadi segitiga dan menjadi populer karena dapat dibawa ke manapun, membuat orang-orang dapat menikmatinya saat di tengah perjalanan, saat hanami, atau saat menonton sebuah pertunjukan.   

cara memakan onigiri japanesestation.com
Onigiri (gahag.net)

Onigiri yang kita kenal sekarang biasanya didapatkan dari supermarket dan konbini. Meskipun begtu, tentunya tak ada yang mampu mengalahkan rasa onigiri buatan sendiri. Membuat sebuah segitiga sempurna tentu memerlukan tekanan lembut namun padat dari kedua tangan, bahkan membuat onigiri sambil memikirkan orang yang kamu sayangi disebut-sebut dapat membuat rasa onigiri jauh lebih enak. Honda juga menyebutkan kalau kata untuk telapak tangan, “tanagokoro“, berarti “te no kokoro” (“hatinya tangan”) yang dekat dengan makna kasih sayang.  

KIni kita telah memahami sejarah onigiri dan pentingnya nasi dalam kehidupan. Nah, bagaimana cara memakan onigiri dengan benar? Jadi, menurut Honda, hal pertama yang harus diperhatikan adalah menyembunyikan bagian onigiri yang digigit. Menurutnya, gigitan kita tidak baik untuk diperlihatkan, jadi setelah kamu menggigitnya, kamu harus menjaga agar onigiri tetap horizontal dalam mulutmu sembari kamu memakannya atau membelah dua onigiri sebelum dimakan, membuatnya lebih mudah dimakan. 

cara memakan onigiri japanesestation.com
Ilustrasi memakan onigiri (pakutaso.com)

Lalu, kamu tidak seharusnya membiarkan butiran nasi menempel di tanganmu di depan publik. Jika itu terjadi, menjilat nasi sepertinya merupakan cara terbaik kan? Namun, cara ini dianggap tidak memberi impresi yang baik meski kamu memiringkan kepala untuk menyembunyikan hal yang kamu lakukan. Jadi, gunakan sapu tangan untuk membersihkannya. 

Terakhir, jika onigiri merupakan bagian dari kotak bento, onigiri tersebut harus dimakan dengan sumpit dan bukan dengan tangan.  

Dan karena orang-orang di Jepang telah memakan onigiri tanpa aturan tertentu, tentunya 3 aturan di atas memicu perdebatan.

“Apa? Bukankah akan terlihat lebih buruk jika onigiri hancur dan jatuh saat kita berusaha membelahnya?” 

“Onigiri harus dimakan dengan tangan, tidak didesain untuk dimakan dengan cara yang elegan.” 

“Jangan-jangan, nanti ada yang mengatakan bahwa semua onigiri harus dimakan dengan sumpit!” 

“Bukankah tetap terlalu besar untuk dimakan dalam satu gigitan meski kau membelahnya?” 

“Mungkin mereka harus membuat onigiri berukuran bite-sized agar tidak menimbulkan perdebatan.” 

Penolakan tersebut dikarenakan etika-etika itu berbanding terbalik dengan sifat kasual onigiri yang umumnya disantap dalam situasai santai. Namun, sebagai guru etika, Honda memang selalu berpikir untuk menambah cara elegan dan sopan meski dalam situasi sangat santai.

Ia percaya bahwa itu adalah etika baik untuk menghargai onigiri dan nasi yang membentuknya dengan cara memahami kerja keras para petani dan masyarakat yang etrlibat dalam pembuatannya. Dan mengingat adanya berkat 7 dewa dalam setiap butir nasi, mungkin memang etika ini bukanlah hal buruk.  

Namun tetap saja, orang-orang Jepang lebih memilih untuk menyantap onigiri tanpa aturan tertentu. Apalagi, etika makan di Jepang saja sudah bikin repot kan?