Berabad-abad lalu, seorang kakek sedang bekerja di ladang, ketika muncul seekor tanuki atau anjing rakun tua yang menjarah hasil panenannya. Jadi sang kakek pun memasang jebakan untuk menangkap dan membawa hewan itu pulang. Tapi hewan yang licik itu ternyata membawa masalah. Karena merasa sedih atas nasib si kakek, seekor kelinci putih muncul dan berjanji untuk membalaskan dendam pada tanuki. Rencana kelinci itu dimulai dengan menipu tanuki untuk bersama-sama pergi ke Gunung Kachi-kachi.
Bagian pertama cerita Gunung Kachi-kachi menggambarkan seekor tanuki atau anjing rakun yang lepas dari tangkapan lalu membunuh seorang nenek. Bagian kedua menceritakan bagaimana kelinci membalas dendam atas pembunuhan itu.
Beberapa versi mungkin hanya menceritakan satu bagian dari cerita itu. Latar cerita yang berada di antara sebuah ladang dan gunung, mungkin berakar dari konflik-konlik territorial antara manusia dan hewan di dunia nyata. Konflik itu benar-benar urusan hidup dan mati.
Kelinci membunuh tanuki karena tanuki membunuh si nenek. Ini dianggap sebagai hal setimpal dan menunjukkan bahwa nyawa manusia dianggap sama dengan hewan.
Orang Jepang sekarang menganggap kelinci itu mahluk yang lucu, tapi dalam cerita-cerita rakyat Amerika Utara dan Afrika, kelinci digambarkan sebagai pencuri yang licik yang mengganggu kedamaian. Kelinci digambarkan sebagai hewan bermuka dua yang penipu, dan dalam kisah Gunung Kachi-kachi juga ditemukan adanya gambaran itu.