Jika membaca sesuatu yang berkaitan tentang cerita perang dan kepahlawanan Jepang, seperti pilot kamikaze atau prajurit Jepang lain, mungkin kamu akan menemukan kalimat seperti ini, “Jika aku mati nanti, aku akan berada di Kuil Yasukuni.” Memang, apa itu Kuil Yasukuni? Dilansir dari Japan Guide, Kuil Yasukuni adalah sebuah Kuil Shinto di pusat kota Tokyo yang dibangun sebagai tempat bersemayamnya mereka yang tewas karena berperang untuk membela negaranya dan merelakan jiwa mereka untuk membangun kembali Jepang yang damai. Kuil ini memiliki bentuk bangunan yang cantik, sehingga tak aneh jika cukup banyak orang yang ingin berwisata ke sini. Namun, di balik kecantikan bangunannya, Kuil Yasukuni ternyata diselimuti kontroversi. Mengapa?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, Kuil Yasukuni didedikasikan untuk 2,5 juta jiwa yang berkorban demi Jepang dan kaisar dalam konflik yang menyertai Restorasi Meiji, dalam Pemberontakan Satsuma, Perang Sino-Jepang pertama, Perang Russo-Jepang, Perang Dunia I, Insiden Manchurian, Perang Sino-Jepang II, Perang Dunia II, dan Perang Pasifik dalam bentuk catatan tertulis yang berisi nama, latar belakang, dan tanggal serta tempat kematian. Selain para tentara, para perawat, siswa yang terjun ke medan perang dan mereka yang memutuskan untuk bunuh diri karena kalah perang juga termasuk ke dalam daftar ini.
Sepintas, tidak ada yang salah kan? Lantas, apa yang menyebabkan Kuil Yasukuni diselimuti kontroversi?
Ternyata, dari 2,5 jiwa yang disemayamkan di tempat itu, ada 14 nama yang ditagorikan sebagai Penjahat Perang Kelas A. Termasuk di dalamnya adalah Perdana Menteri Hideki Tojo yang dieksekusi akibat kejahatan perang pada 1948.
Nah, jika mereka memang penjahat perang, menagapa nama mereka ikut dimasukkan? Ternyata ada alasannya.
Menurut kepercayaan Shinto, salah satu kriteria agar seseorang bisa disemayamkan di Yasukuni adalah jika orang tersebut tercatat tewas dengan penyebab apapun saat tengah melaksanakan pekerjaannya di daftar kematian perang Pemerintah Jepang. Menurut dokumen yang dirilis pada 28 maret 2007 oleh Perpustakaan Parlemen Jepang, Menteri Kesehatan dan Kemakmuran Jepang serta perwakilan dari Yasukuni menyetujui dalam sebuah rapat pada 31 Januari 1969 bahwa Penjahat Perang Kelas A yang diadili di Pengadilan Tokyo dapat dianggap berjasa dan Pendeta Kuil pun memutuskan untuk tidak mengumumkan keputusan ini pada publik. Akhirnya, pada 17 Oktober 1978, 14 Penjahat Perang Kelas A ini pun disemayamkan di Kuil Yasukuni, yang tentu saja menuai kecaman dan kontroversi hingga hari ini.
Kontroversi yang Melibatkan Politikus
Ada beberapa politikus Jepang yang menyebabkan kontrobersi terkait kunjungan mereka ke Kuil Yasukuni. Dan inilah beberapa di antaranya:
Pertama Kaisar Hirohito. Ia menolak mengunjungi kuil tersebut sejak taun 1978 hingga kematiannya pada tahun 1989. Menurut sebuah memorandum yang dirilis pada tahun 2006, alasan Hirohito menolak mengunjungi kuil tersebut adalah karena pada tahun 1978, kuil tersebut menyertakan nama penjahat perang.
Di antara politikus Jepang, mungkin bisa dibilang Perdana Menteri Junichiro Koizumi-lah yang paling menuai kontroversi. Ia mengunjungi kuil tersebut sebanyak 6 kali saat menjabat sebagai perdana menteri. Pada Oktober 2005 misalnya, ia mengunjungi kuil itu di saat Menteri Luar Negeri Nobutaka Machimura dijadwalkan menemui penjabat Cina di Beijing untuk memperkuat hubungan Sino-Jepang. Namun, Cina pun membatalkan pertemuan tersebut karena menganggap Jepang mengglorifikasi agresi militer zaman perang.
Kunjungan tahunan Koizumi terus menuai kritik. Pada saat 2005 APEC summit di Busan, Korea Selatan misalnya, Menteri Luar Negeri Cina, Li Zhaoxing mengungkit kunjungan Koizumi dengan mengatakan, “Bagaimana perasaan orang Eroppa jika pemimpin Jeman mengunjungi tempat yang berhubungan dengan Hitler dan Nazi?”
Sementara itu, Shinzo Abe, yang memiliki agenda untuk mengembalikan kejaayan Jepang di zaman dulu mengunjungi kuil tersebut pada December 2013. Ia mengatakan, kunjungannya tersebut untuk mendoakan jiwa para korban perang dan “memperbarui janji bahwa Jepang tidak akan berperang lagi.”
Kunjungan itu membuat murka Beijing dan Seoul serta kekecewaan dari Amerika Serikat. Namun setelah kunjungan itu, Abe tidak pernah mengunjungi Kuil Yasukuni lagi, meski mengrimkan sesajen untuk ritual.
Penyelesaian?
Ada salah satu proposal yang menyarankan untuk mengekspansi Chidorigafuchi National Cemetery yang didedikasikan untuk korban perang tak dikenal menjadi sebuah situs memorial. Namun, ide ini tidak digubris.
Ada ide lain yang menyarankan agar nama Penjahat Perang Kelas A dicopot dari kuil. Sayangnya, pejabat kuil mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Dan karena inilah, kontoversi Kuil Yasukuni masih berlanjut hingga hari ini.
Sumber: