Kentang mungkin bisa dibilang sebagai salah satu bahan baku paling populer di masakan Jepang. Buktinya, ada banyak banget makanan Jepang yang dibuat dengan menggunakan kentang, misalnya nikujaga (meat-potato stew), korokke (kroket Jepang), potato nikorogashi, salad kentang Jepang, atau kofuki imo. Nah, tapi, tahukah kamu bagaimana sih perjalanan kentang hingga menjadi salah satu bahan makanan terpopuler di Jepang? Kuncinya, ada di dalam bahasa Jepangnya, jaga-imo, yang merupakan singkatan dari Jagatora no Imo (Umbi dari Jagatora). Kata “jagatora” terdengar tak asing bagimu? Ya, Jagatora adalah Jakarta! Nah, biar gak bingung, mari kita simak penjelasannya!
Jadi, kentang yang dikenal Jepang saat ini pertama masuk ke negeri sakura itu saat pedagang Belanda berlabuh di Nagasaki pada tahun 1598 silam. Saat itu, mereka membawa semacam umbi dari Djakarta (Jakarta), Indonesia. Nah, karena itulah umbi ini disebut jagatora–imo (imo = umbi). Tak lama kemudian, nama jagatora-imo pun disingkat menjadi jaga-imo, seperti yang kita ketahui kini.
Tapi, meski sudah memasuki Jepang sejak tahun 1590-an, pemanfaatan kentang sebagai bahan pangan di Jepang baru dimulai pada tahun 1706 lho, saat tumbuhan ini ditanam di Hokkaido. Pada akhir abad 18 hingga awal abad 19, produksi kentang pun dianggap sebagai salah satu cara untuk memerangi kelaparan saat produksi beras dalam masa sulit. Nah, produksi kentang berskala besar pun baru dimulai pada Zaman Meiji (1868-1912). Saat itu, pemerintah Meiji menetapkan Hokkaido sebagai pusat pengembangan penanaman kentang. Para tentara (tondenhei) dan penduduk sipil pun didorong untuk menanam tanaman yang mampu tumbuh di iklim dingin ini.
Salah satu pendukung awal penanaman kentang adalah Baron Ryukichi Kawata, seorang eksekutif senior di sebuah perusahaan agrikultur di Hakodate. Pada tahun 1908, ia mulai menanam beberapa varian kentang yang diimpor dari negara barat.
Karena salah satu jenis kentang berhasil tumbuh sempurna, Baron Kawata mulai mendorong petani untuk menanam kentang di ladang mereka. Dari sinilah kentang pun mulai tersebar di seluruh penjuru Hokkaido. Nah, jenis kentang oercobaan itu akhirnya dinamakan “danshaku” yang berarti “baron” untuk menghormati jasa Baron Kawata. Hingga kini, kentang danshaku masih menguasai pasar kentang lokal Jepang lho!
Nah, di Jepang sendiri, kentang memang kerap diasosiasikan dengan masakan khas Eropa. Namun, seiring makin populernya yōshoku (masakan barat ala Jepang) dan harga kentang yang makin terjangkau, penduduk Jepang pun mulai menggunakan kentang dalam masakan asli dan tradisional Jepang (washoku). Salah satunya, nikujaga, masakan rumahan yang terbuat dari kombinasi kentang dan daging dengan kuah kaldu gurih dan manis (mirip dengan semur daging jika di Indonesia). Rasanya sangat lezat dan sangat populer di Jepang!
Selain dikenal karena rasanya yang lezat, ternyata nikujaga punya sejarah menarik lho. Menurut situs Nipponia, resep nikujaga pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1900-an untuk para angkatan laut. Saat itu, banyak pelaut yang menderita beriberi karena kekurangan vitamin. Karena itulah, angkatan laut Jepang pun memutuskan untuk meningkatkan imunitas para pelautnya dengan menyajikan makanan sehat berisi sayuran dan daging. Salah satu makanan itu adalah nikujaga. Resep nikujaga pun mulai hadir di buku resep sekitar 70 tahun kemudian.
Kini, ada beberapa jenis kentang baru berukuran kecil yang biasanya hadir saat musim semi dan musim panas di Jepang. Kentang-kentang ini biasanya berasal dari Nagasaki atau area lain di Kyushu. Di area Kanto sendiri, ada Kita Akari, kentang yang gak kalah lezat dari varian kentang lain!
Nah, itulah kisah perjalanan kentang dari Jakarta hingga menjadi salah satu bahan makanan terpopuler di Jepang!
Sumber: