Beasiswa bagi wanita Jepang
Salah satu jasanya adalah menemukan beasiswa bagi wanita Jepang. Tsuda berpikir wanita Jepang lain harus mendapatkan kesempatan untuk belajar di A.S. Ia percaya bahwa pendidikan tinggi dapat berpengaruh pada status wanita dan mereka bisa menjadi pemimpin kompeten di Jepang nantinya. Ia pun menghabiskan waktunya untuk berbicara tekait pendidikan bagi wanita Jepang di A.S dan berhasil meraih dana beasiswa sebesar 8.000 dolar. Dana tersebut pun menjadi koneksi antara Jepang dan A.S. dalam meningkatkan edukasi bagi wanita. Dan benar saja, wanita Jepang yang mendapat beasiswa ini akhirnya dapat menjadi pemimpin di bidang politik dan edukasi.
Perjuangan Tsuda Umeko di Jepang dan lahirnya Joshi Eigaku Juku
Setelah kembali ke Jepang, Tsuda Umeko kembali mengajar di Peeresses' School dan Normal School dengan upah sebesar 800 yen, upah tertinggi bagi wanita di era tersebut. Selain mengajar, ia juga menerbitkan beberapa tesis dan membuat pidato publik terkait status wanita Jepang. Pada saat ini, pendidikan anak perempuan berkembang karena ledakan ekonomi setelah Perang Tiongkok-Jepang dan Undang-Undang Pendidikan Tinggi Anak Perempuan tahun 1889 mewajibkan setiap prefektur untuk mendirikan setidaknya satu SMP untuk perempuan. Namun, sekolah-sekolah tersebut tetap menekankan peran domestik perempuan.
Umeko pun berpendapat bahwa sekolah perempuan yang ada tidak mampu memberikan pendidikan dengan kualitas yang sama dengan yang tersedia di sekolah anak laki-laki. Akhirnya, pada tahun 1900, dia mengundurkan diri dari Peeresses' School dan membuka Joshi Eigaku Juku (Institut Wanita untuk Studi Budaya Inggris). Umeko memperkenalkan pendidikan gaya barat yang mencakup diskusi kelas tentang topik terkini dan liberal arts. Ia juga menekankan pembentukan kepribadian dan kreativitas para siswi.
Sayangnya, sekolah itu harus menghadapi kekurangan dana. Namun, Tsuda tak menyerah. Ia menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan dana, mengajar di sekolah lain, dan membimbing putri teman-temannya untuk menghidupi dirinya dan sekolah. Karena usaha dan semangat mengajarnya, pada tahun 1903 sekolah tersebut disetujui sebagai sekolah kejuruan oleh Departemen Pendidikan dan pada tahun 1905 lulusan sekolah tersebut tidak lagi diharuskan untuk mengikuti ujian pemerintah untuk dapat mengajar. Lama kelamaan, sekolah ini mulai populer dan lulusannya pun berhasil menjadi wanita profesional dan siap memasuki dunia kerja.
Akhir perjalanan Tsuda Umeko
Kesibukan Tsuda Umeko membuat kesehatannya menurun dan menderita stroke. Akhirnya, setelah mengalami sakit cukup lama, Tsuda Umeko meninggal pada tahun 1929 di usianya yang ke-66 tahun. Joshi Eigaku Juku pun berganti nama menjadi Tsuda Eigaku Juku pada tahun 1933 dan setelah Perang Dunia II, sekolah ini dikenal sebagai Universitas Tsuda. Hingga kini, universitas ini masih menjadi salah satu institut pendidikan tinggi wanita paling bergengsi di Jepang lho!
Nah, itulah kisah perjuangan Tsuda Umeko hingga akhir hayatnya. Meski budaya patriarki masih ada di Jepang, setidaknya kini wanita Jepang bisa mendapat pendidikan yang setara dengan pria, kan?
Sumber: