Sebagai negara yang hingga kini masih menjunjung tinggi budaya patriarki, Jepang memiliki masalah dan pandangan tentang posisi dan kepentingan edukasi seorang wanita yang mirip dengan Indonesia. Pada zaman dulu, Jepang pun menganggap bahwa pendidikan bagi seorang wanita tidaklah penting, yang penting mereka bisa melayani suami mereka. Hal ini pun membuat para wanita menjadi bergantung pada pria (dan suami mereka), dan tak mampu berdiri sendiri. Keadaan itu terus berlangsung hingga akhirnya muncul sesosok wanita berpendidikan tinggi dan maju yang mengubah nasib wanita Jepang dalam memperjuangkan edukasi. Ia adalah Tsuda Umeko, tokoh perintis pendidikan tinggi bagi kaum wanita Jepang. Bagaimana kisah hidupnya? Yuk, mari kita berkenalan dengan Ibu Dewi Sartika-nya Jepang ini!
Seperti sudah disebutkan di atas, Tsuda Umeko adalah seorang pendidik dan sosok yang berusaha meningkatkan status wanita lewat pendidikan tinggi. Wanita kelahiran 1864 ini juga merupakan keturunan orang yang berpendidikan tinggi lho. Ayahnya, Sen Tsuda, adalah bawahan Shogun yang juga merupakan seorang ilmuwan pertanian dan agrikultur.
Nah, awal karirnya di bidang pendidikan ini dimulai pada 1871, saat ia masih berusia 7 tahun dan terpilih sebagai salah satu wanita Jepang yang dikirim ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan di negara tersebut dengan didampingi Duta Besar Tomomi Iwakura. Apa yang dilakukan Umeko saat ia dewasa nanti memang dipengaruhi “jasa” Iwakura. Misi Iwakura adalah mendidik wanita Jepang dengan cara barat. Menurutnya, dengan cara tersebut, mereka akan menjadi “wanita ideal” dan dapat mengantarkan Jepang ke arah yang lebih modern. Sang ayah yang sempat bekerja sebagai interpreter untuk delegasi dari Amerika Serikat sangat terkesan dengan kultur teknologi A.S, membuatnya mengirimkan putrinya untuk ikut dalam misi Iwakura.
Hidup Tsuda Umeko di Amerika
Tsuda Umeko pun tinggal di Washington D.C., bersama Charles Lanman (sekretaris legasi Jepang). Karena keluarga Lanman tak memiliki anak, mereka menyambut Umeko dengan hangat dan memperlakukannya layaknya anak mereka sendiri. Di sana, ia belajar di Georgetown Collegiate Institute dan belajar bahasa Inggris dengan cepat. Setelah lulus, ia masuk ke Archer Institute, di mana ia membuktikan kepintarannya dalam menguasai hampir semua mata pelajaran, mulai dari bahasa, matematika, sains, hingga musik.
Cita-cita Tsuda Umeko
Setelah menghabiskan 10 tahun bersama keluarga Lanman, ia kembali ke Jepang pada 1882. Setibanya di Jepang, ia menyadari bahwa pandangan Jepang terhadap wanita sangat buruk. Bahkan sang ayah, Sen, yang kebarat-baratan masih memegang teguh prinsip patriarki. Meski pemerintah Meiji mempromosikan edukasi bagi wanita saat ia berada di Amerika, rupanya kurikulumnya tidak membuat kecerdasan dan kepribadian wanita berkembang, mereka hanya dilatih agar dapat mendukung suami dan mengurus anak dengan patuh. Dan pada tahun 1885, Tsuda Umeko mengajar bahasa Inggris di Peeresses' School yang mayoritas siswinya berasal dari mantan keluarga samurai. Namun karena tak puas dengan peraturan sekolah tersebut yang hanya bertujuan untuk mendidik wanita agar menjadi istri penurut dan ibu yang baik, ia pun kembali ke AS untuk mempelajari biologi di Bryn Mawr College.
Namun, meski ia terus berpikir untuk tetap tinggal di A.S. dan meneruskan penelitiannya, ia tetap khawatir akan pendidikan wanita Jepang. Pengalamannya dengan pendidikan tinggi di Amerika membuatnya berpikir tentang status sosial dan edukasi wanita Jepang. Sejak itulah, Tsuda Umeko memutuskan untuk mencurahkan hidupnya dalam membuat wanita Jepang mengenyam pendidikan tinggi.
Nah, untuk melihat usaha Tsuda Umeko dalam menggapai cita-citanya meningkatkan status wanita Jepang melalui pendidikan, simak halaman berikutnya!