Sabtu, 12 Oktober 2019, Jepang diterjang oleh angin topan No.19 atau yang juga dikenal dengan nama Topan Hagibis, angin yang disebut-sebut sebagai topan terdahsyat dalam beberapa dekade terkahir, dengan kecepatan sebesar 225km/jam, bencana ini berakibat fatal untuk Jepang, khususnya wilayah Kanto dan sekitarnya.
Dilaporkan sampai dengan detik ini korban jiwa sudah mencapai 23 orang meninggal dunia ,16 orang hilang dan 166 orang mengalami cedera, tidak cukup sampai disitu perekonomian kota metropolitan terbesar Jepang Tokyo lumpuh total pada sabtu kemarin. Jumlah korban jiwa ini dilaporkan lebih kecil dari prediksi 土木学会 (Japan Society of Civil Engineers) pada bulan Juni tahun 2018 lalu yang memperkirakan jumlah korban jiwa akan mencapai 8000 jiwa jika topan sebesar ini menghantam wilayah Tokyo.
Tokyo dan sekitarnya pun sempat dirundung kepanikan pada hari-hari sebelum topan hagibis menerjang, banyak pemberitaan via sosial media yang menunjukkan foto-foto makanan di seluruh supermarket dan toko yang terjual habis, fenomena ini juga cukup menunjukkan keberhasilan negara Jepang dalam mengedukasi masyarakatnya dalam menghadapi bencana alam skala besar, bisa jadi jumlah korban jiwa yang sangat kecil jika dibandingkan dengan prediksi sebelumnya juga berhubungan dengan kesiapan masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana.
Banjir bandang juga dilaporkan terjadi dibanyak wilayah terdampak di Jepang, pemerintahan Jepang mengerahkan JSDF (Japan Self Defense Force) dibantu dengan sukarelawan sudah melakukan penyelamatan dan dilaporkan berhasil meminimalisir korban jiwa akibat bencana ini, Piala Dunia Rugby yang juga sedang berlangsung di Jepang juga ikut terdampak oleh kejadian ini dan mengakibatkan ditundanya beberapa pertandingan yang sudah dijadwalkan sebelumnya.
Namun ada satu hal yang menjadi sorotan dunia beberapa saat sebelum Topan Hagibis menerjang Jepang, hal tersebut adalah laporan yang bersumber dari foto-foto yang diunggah melalui sosial media oleh para penduduk Jepang dimana mereka mendapati warna langit berubah menjadi warna ungu, foto-foto tersebut menjadi viral dan mengundang banyak pertanyaan dibalik keindahan langit ungu tersebut.
Lauren Rautenkranz, seorang meteorologis menjelaskan mengenai bagaimana langit bisa berubah menjadi ungu ketika badai akan datang.
Ketika cahaya matahari memancar ke Bumi, normalnya berbagai spektrum warna dapat sampai ke permukaan bumi tanpa terganggu apapun. Namun ketika sedang terjadi badai atau topan, spektrum warna paling pendek yakni biru dan violet akan menyebar tidak beraturan keseluruh penjuru, spektrum warna ini memantul terus menerus melalui partikel-partikel dan pada akhirnya akan sampai ke mata kita, hal ini lah yang menyebabkan warna langit akan terlihat menjadi ungu
Sang meteorologis menjelaskan fenomena ini ketika terjadi Badai Michael menerjang Amerika pada tahun 2018 lalu, fenomena yang sama dilaporkan muncul ketika Bada Michael menerjang, hal ini menunjukkan bahwa langit berwarna ungu bisa menjadi salah satu indikasi bencana alam badai atau topan yang perlu kita ketahui.
Featured image by mothership.sg