Ambisi Perdana Menteri Yoshihide Suga yang ingin membuat Jepang menjadi pusat keuangan internasional membuat persaingan antara 3 kota besar di Jepang memanas. Kini, ketiga kota tersebut, Tokyo, Osaka, dan Fukuoka berusaha untuk mengundang perusahaan asing ke kota mereka.
Dilansir dari Japan Today, ide untuk meningkatkan Jepang sebagai pusat keuangan internasional sendiri bukanlah hal baru, Namun, dengan diberlakukannya undang-undang keamanan nasional Cina dan diperketatnya kekeuasaan Cina atas Hong Kong, pusat keuangan Asia, Jepang berpikir untuk memaksimalkan rencananya. Karena itulah, Tokyo, Osaka dan Fukuoka dijadikan kandidiat untuk pusat keuangan Jepang.
Tokyo pun berusaha mengundang institusi finansial asing ke ibu kota Jepang itu dengan mendirikan sebuah kantor penghubung di Hong Kong, Kantor tersebut akan menawarkan dukungan dan konsultasi baik daring maupun tatap muka pada perusahaan keuangan yang ingin mendirikan basis bisnis di Tokyo. Pemerintah setempat pun berencana untuk memoerbarui dokumen yang menjelskan visi Tokyo sebagai kota keuangan global yang dibuat pada 2017 silam.
"Pusat keuangan internasional ini membuat situasi menjadi tegang. Kami akan bersaing semakin ketat dengan kota-kota Asia lain," ujar Gubernur Tokyo Yuriko Koike.
"Kami percaya bahwa hal ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi kami untuk menarik perusahaan dan sumber daya manusia ke sektor finansial,” tambahnya.
Tokyo sendiri berada di peringkat empat Indeks Keuangan Global yang dirilis oleh think tank Z/Yen Group dan China Development Institute, turun satu peringkat dari tahun sebelumnya.
Pajak yang tinggi dan kendala bahasa kerap dinilai menjadi alasan mengapa Jepang terlihat kurang atraktif dibandingkan negara Asia pesaingnya. Karena itu, Suga, yang dinobatkan menjadi perdana menteri pada September silam dan mewarisi program peningkatan ekonomi “Abenomics” dari pendahulunya, berjanji untuk mengubahnya.
"Kami akan mempelajari kembali sistem pajak, memastikan layanan administrasi tersedia dalam bahasa Inggris dan akan mempertimbangkan untuk melonggarkan visa untuk membuat sebuah pusat keuangann internasional bagi Asia dan dunia,” ujar Suga.
Sementara itu di Fukuoka, sebuah sektor publik-swasta telah diluncurkan untuk membuat prefeektur yang terletak di barat daya Jepang tersebut menjadi sebuah magnet baru bagi perusahaan finansial asing.
Kota Fukuoka yang dikenal dengan berbagai perusahaan IT-nya, membuka sebuah pusat konsultasi yang menargetkan institusi keuangan asing pada bulan lalu. Pusat keuangan ini akan menyediakan dukungan dan saran untuk melakukan bisnis di kota tersebut, lengkap dengan banyak ahli yang terlibat, seperti pengacara dan akuntan.
"Di saat seperti ini, kecepatan lah yang terpenting,” ujar seorang staf pemerintah kota.
Osaka pun tak mau kalah. Penghentian perdagangan yang baru-baru ini terjadi di bursa Tokyo akibat adanya kesalahan sistem dan pandemi virus corona global membuat para penduduk Osaka terdorong untuk menjadikan Osaka alternatif dari Tokyo. Kini, Osaka memiliki bursa terintegrasi pertama di Jepang untuk saham dan komoditas berjangka.
Gubernur Osaka, Hirofumi Yoshimura telah mengindikasikan bahwa Osaka memiliki apa saja yang diperlukan sebagai pusat keuangan internasional serta bisa melangkah maju jika pemerintah pusat "serius" untuk mengubah sistem pajak dan visa.
Perusahaan keuangan SBI Holdings Inc yang dipimpin oleh Presiden dan CEO Yoshitaka Kitao ikut mendorong rencana pembentukan pusat keuangan internasional di Osaka dan Prefektur Hyogo dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah.
"Sudah tiba saatnya kami menciptakan pusat keuangan internasional generasi berikutnya (di Osaka dan Hyogo)," ujar Kitao.
"Kami akan meningkatkan usaha kami untuk mewujudkannya,” tambahnya.