Menurut keterangan kepolisian Jepang, pada hari senin (12/03) lalu, tujuh janin yang diawetkan dalam stoples berisi cairan formalin ditemukan di dasar lantai rumah kosong yang pernah ditinggali oleh seorang dokter kandungan di Tokyo.
Seorang wanita yang baru saja membeli rumah di daerah Bunkyo meminta sebuah perusahaan untuk merenovasi rumah berusia 80 tahun itu, dan perusahaan tersebut menemukan beberapa stoples berisi janin tersebut saat membasmi rayap pada hari Kamis lalu.
Wanita berusia 30-an itu menelepon polisi pada hari Minggu untuk melaporkan temuan mayat janin tersebut. Polisi percaya bahwa janin yang ditemukan adalah bayi yang mati dalam kandungan, atau hasil aborsi sehingga tidak ada tindakan kriminal yang terlibat.
Aborsi memang topik yang sensitif dan terkadang sulit dibicarakan dengan teman dan keluarga. Aborsi di Jepang adalah sesuatu hal yang legal dan dilakukan untuk pasien dengan alasan ekonomi sosial, korban kejahatan seksual, atau alasan kesehatan untuk mengaborsi janinnya. Namun, Asuransi Kesehatan Jepang tidak akan membiayai prosedur yang berkaitan dengan aborsi.
Ada dua jenis aborsi yang dikenali di Jepang - spontan dan induksi. Aborsi yang diinduksi di Jepang adalah yang paling sering melibatkan pilihan antara ibu dan pengasuhnya. Ada banyak alasan mengapa wanita memutuskan untuk mengakhiri kehamilan. Sebagai aturan umum, surat persetujuan harus ditandatangani oleh individu dan ayah dari anak yang belum lahir untuk memberi kuasa aborsi. Jika pasangan tidak dapat ditemukan karena alasan tertentu seperti hilang atau mati, atau jika kehamilan tersebut akibat kejahatan seksual, individu dapat melanjutkan tanpa tanda tangan tambahan.
(featured image : 3ders)