Akhir-akhir ini sejumlah peraturan sekolah di Jepang telah mendapat kecaman karena dianggap ketinggalan zaman atau tidak logis, dan yang paling mendapat perhatian adalah masalah pakaian dalam siswa. Beberapa sekolah memberlakukan peraturan yang mengatakan bahwa siswa wajib mengenakan pakaian dalam warna putih, atau bahkan tidak diperkenankan menggunakan celana dalam saat kelas olahraga.
Seragam sekolah tentunya sudah didesain agar tidak memperlihatkan pakaian dalam siswa. Sayangnya, alih-alih percaya bahwa pakaian dalam yang tidak terlihat sesuai dengan aturan, beberapa sekolah justru menggunakan otoritas mereka untuk melakukan pengecekan di tempat. Salah satu metodenya adalah meminta seorang guru untuk memeriksa warna tali pakaian dalam yang ditarik melalui kerah, tetapi salah satu sekolah di Prefektur Fukuoka bahkan menggunakan metode yang lebih mengejutkan.
Menurut seorang siswi yang diwawancarai oleh Asosiasi Pengacara Fukuoka sebagai bagian dari studi peraturan sekolah di prefektur, gadis-gadis di sekolah disuruh berbaris di lorong sekolah dan berdiri berdampingan. Mereka kemudian diperintahkan membuka kancing dan membuka kemeja, sementara seorang guru datang dan memeriksa bra mereka untuk memastikan warnanya benar-benar putih.
Pemeriksaan pakaian dalam yang tampaknya hanya melibatkan bra sangat menyiratkan bahwa hanya perempuan yang diperiksa untuk melihat apakah mereka mematuhi aturan berbusana. Alasan lainnya mungkin kerena seragam anak laki-laki berupa celana, yang berarti pakaian dalam mereka tidak akan pernah terlihat. Tetapi hal yang sama seharusnya berlaku untuk bra murid perempuan yang selalu tertutupi oleh seragam mereka.
Sedangkan untuk pemeriksaan yang dilakukan di lorong, sekolah di Jepang umumnya tidak memiliki ruang loker untuk pendidikan jasmani. Ruang klub sendiri sering digunakan sebagai ruang ganti sebelum/sesudah kelas pendidikan jasmani, dan jika sekolah benar-benar ingin melakukan pemeriksaan warna bra, melakukannya di ruang kelas setidaknya akan lebih menjaga privasi daripada di lorong.
Ungkapan meresahkan lainnya datang dari seorang murid perempuan yang mengatakan bahwa pemeriksaan pakaian dalam di sekolahnya dilakukan oleh seorang guru laki-laki, dan setidaknya ada satu kasus dimana siswi yang pakaian dalamnya tidak sesuai dengan ketentuan berpakaian diminta untuk melepaskannya (tidak jelas jika dia diberi pakaian dalam untuk diganti atau harus menghabiskan sisa hari tanpa pakaian dalam)
Netizen Jepang turut mengungkapkan rasa frustasi dan kemarahan mereka terhadap laporan tersebut:
"Menjijikkan."
"Aku merasa sangat kasihan pada murid itu."
"Sekolah-sekolah ini dijalankan oleh orang mesum."
"Mereka harus segera menghentikan pemeriksaan pakaian dalam."
Pada kasus serupa di Prefektur Saga, sekolah telah mengatakan tidak akan ada pemeriksaan pakaian dalam lagi mulai musim semi ini. Semoga sekolah di Fukuoka ini secepatnya mempertimbangkan tindakan yang sama.