Siapa sangka, seorang petani asal Indonesia bisa menjadi bagian penting dalam program makan siang sekolah di Jepang? Inilah kisah Teh Lina, perempuan asal Indonesia yang telah lebih dari lima tahun menjalani kehidupan sebagai petani di Negeri Sakura. Melalui unggahan reels Instagram @tehrina23, Teh Lina membagikan pengalamannya sebagai salah satu pemasok sayuran untuk program makan siang sekolah di daerah tempat ia tinggal dan bertani di Jepang.
Dalam video tersebut, Teh Lina menjelaskan bahwa ia secara rutin memasok berbagai jenis sayuran seperti bawang daun, wortel, kentang, dan lobak ke sekitar 4 hingga 5 sekolah di wilayahnya. Proses kerjanya cukup terorganisir. Dua minggu sebelum pengiriman, ia akan menerima konfirmasi pesanan melalui email. Kemudian, setiap jam 3 sore, pedagang sayuran lokal akan datang ke rumahnya untuk mengambil hasil panen, yang selanjutnya dikirim ke tempat katering yang menyiapkan makan siang sekolah.

Salah satu hal yang paling membuat Teh Lina tercengang adalah betapa tingginya standar kualitas untuk sayuran yang digunakan dalam makan siang sekolah. Ia menyadari bahwa hanya sayuran dengan kualitas terbaik yang diterima. Jika ada produk yang dianggap kurang layak, ia tak segan mendapat teguran. Hal ini justru menjadi motivasi bagi Teh Lina untuk selalu meningkatkan kualitas panennya. Ia menegaskan pentingnya memberikan yang terbaik bagi para pewaris bangsa, yakni anak-anak sekolah yang menikmati hasil kerjanya setiap hari.
Menariknya, pemerintah daerah di Jepang secara aktif mendorong keterlibatan UMKM dan petani lokal dalam program ini. Sayuran yang digunakan dalam makan siang sekolah diupayakan berasal dari wilayah sekitar sekolah. Ini bukan hanya soal efisiensi logistik atau kualitas bahan makanan, tetapi juga bagian dari pendidikan makanan (shokuiku) yang penting di Jepang. Anak-anak diajarkan bahwa makanan mereka berasal dari tanah di sekitar mereka, dari tangan para petani yang bisa jadi mereka kenal langsung. Hal ini menumbuhkan kecintaan terhadap produk lokal dan kesadaran akan pentingnya makanan sehat serta keberlanjutan.
Meski sistem ini mungkin berbeda di setiap wilayah Jepang, pengalaman Teh Lina memberikan gambaran menarik tentang bagaimana negara maju seperti Jepang tetap mengandalkan jaringan petani kecil dan lokal—termasuk dari kalangan diaspora—untuk mendukung program penting seperti makan siang sekolah.