Pemerintah Prefektur Akita mulai menyerukan agar penduduk di luar area tersebut mempertimbangkan untuk pindah ke area pedesaan. Pasalnya, dengan adanya pandemi virus corona seperti sekarang, opsi work from home atau bekerja secara remote (jarak jauh) memang bukanlah hal aneh.
Dilansir dari Mainichi, gerakan untuk mempromosikan work from home di Akita ini dilakukan karena populasi di area Tokyo yang membludak akibat pandemi. Pemerintah Prefektur Akita pun memperkirakan bahwa mempromosikan remote work di pedesaaan akan membuat sebuah pilihan baru bagi orang-orang dan berharap program ini akan menjadi langkah pencegahan menurunnya populasi manusia di Akita.
Untuk mempromosikan program “Remote Work in Akita” ini, Gubernur Akita, Norihisa Satake pun tampil mempromosikan program ini dalam sebuah iklan satu halaman penuh di harian Nikkei Business pada Oktober lalu. Iklan tersebut bahkan menuliskan kata-kata, "Apakah Anda tak ingin mengorbankan kehidupan sehari-hari Anda demi bekerja?” yang "merayu" masyarakat kota besar untuk pindah ke Prefektur Akita.
Pada bulan yang sama, pemerintah prefektur Akita pun membuat sebuah survei terkait pandangan responden terhadap karyawan mereka yang pindah ke area pedesaan untuk melakukan remote work dan kemungkinan bahwa mereka akan bekerja dari Akita, yang menargetkan 4.000 perusahaan, termasuk mereka yang terdaftar dalam Bursa Saham Tokyo. Dari 559 respon yang diterima, 63 di antaranya mempertimbangkan bahwa work from home dari Akita memungkinkan karena adanya program relokasi di prefektur tersebut.
Pemerintah Prefektur Akita juga mengunggah sebuah video promosional di YouTube yang menyorot patung terkenal Hachiko di depan Stasiun Shibuya, Tokyo. Video tersebut mengajak para penduduk untuk bekerja secara remote dari tanah kelahiran Hachiko sang anjing jenis Akita paling terkenal di Jepang. Tak hanya itu, video tersebut juga memperlihatkan keuntungan-keuntungan tinggal di Akita, termasuk lingkungannya yang nyaman dan cocok untuk membesarkan dan mendidik anak, biaya sewa rumah yang murah, dan berbagai aktivitas menarik untuk mengisi waktu luang.
Prefektur Akita memang tengah berupaya untuk mengatasi penurunan populasi serius yang dialaminya, di mana Akita dinobatkan sebagai prefektur dengan penurunan populasi terparah di Jepang per 1 Januari 2020 lewat sebuah survei yang dibuat berdasarkan sistem jaringan Basic Resident Register yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi.
Penurunan populasi memang telah menjadi sebuah tantangan umum bagi area pedesaan. Belum lagi, ada perkiraan bahwa akan adanya persaingan ketat dengan prefektur lain terkait proyek yang mendorong para pekerja di ibu kota untuk [indah ke area pedesaan setelah pandemi virus corona.
"Meski kami masih ada tantangan, kami tetap akan berusaha agar orang-orang memilih untuk tinggal di Akita,” ujar kepala seksi promosi residensi Prefektur Akita.
Upaya untuk mempromosikan remote work dan workation pun telah menyebar di sektor swasta Prefektur Akita. Misalnya saja "Akita workation promotion association" yang dimulai pda 10 November lalu, dibuat oleh Cable Networks Akita Co. Dan agensi travel Tohoku iTours yang keduanya berada di Akita. Kini, sedikitnya 80 organisasi, termasuk perusahaan dan universitas di prefektur tersebut telah bergabung dalam asosiasi tersebut untuk membantu merencanakan proyek-proyek di Akita serta mempromosikan aktivitas mereka melalui media sosial.
Dalam sebuah konferensi pers yang digelar oleh pemerintah Prefektur Akita pada 5 November lalu, presiden direktur Cable Networks Akita, Ryuichi Matsuura, yang mewakili asosiasi tersebut berkomentar, "Dari sudut pandang revitalisasi ekonomi, kami ingin berkontribusi pada peningkatan populasi yang meningkat di ibu kota dan wilayah yang memiliki hubungan baik dengan Akita. Karena itu, kami ingin mendorong agar masyarakat dapat pindah dan menetap di Akita.”