Berita Jepang | Japanesestation.com

Awal bulan ini, Jepang merayakan Hari Kedewasaan, mengadakan upacara ucapan selamat untuk orang-orang yang baru saja atau akan segera berusia 20 tahun di tahun ini, usia dewasa yang sah. Namun, angka itu akan berubah tahun depan.

Pada tahun 2018, pemerintah Jepang menyetujui amandemen KUH Perdata negara untuk mengurangi usia dewasa yang legal sebanyak dua tahun, menjadi 18 tahun, pada 1 April 2022. Namun, itu bukan perubahan menyeluruh. Bahkan setelah pergantian nanti, beberapa hak dan hak istimewa yang saat ini dilarang untuk anak di bawah umur akan tetap dilarang bagi mereka yang berusia di bawah 20 tahun.

Dengan perubahan yang datang hanya dalam waktu setahun, Line Research mensurvei siswa sekolah menengah di Jepang untuk melihat bagaimana perasaan mereka tentang hal itu, dan juga seberapa baik mereka memahaminya. Tanggapan diambil dari 393 siswa perempuan dan 406 laki-laki.

Pertama-tama, pendapat para siswa perempuan terbagi tentang apakah mereka setuju atau tidak dengan usia dewasa yang dikurangi, dengan 32 persen setuju, dan 27 persen yang menentangnya.

Sebaliknya, siswa laki-laki jauh lebih antusias untuk mencapai kedewasaan lebih cepat, dengan 48 persen mendukung dan hanya 15 persen menentang.

Di bawah ini adalah presentasi hasil, dengan gradasi warna dari kiri ke kanan menunjukkan angka untuk sangat mendukung, mendukung, acuh tak acuh, menentang, sangat menentang, dan ragu-ragu.

Diagram Hasil Survei
Diagram hasil survei pendapat siswa tentang penurunan usia dewasa (soranews24.com)

Survei tersebut kemudian menanyakan apakah para remaja tahu tentang bagaimana perubahan hak untuk anak berusia 18 tahun (dengan tanggapan dari 514 perempuan dan 498 laki-laki). Yang paling disadari adalah bahwa usia di mana perempuan benar-benar diizinkan untuk menikah akan meningkat, dari 16 tahun menjadi 18, yang mana 69 persen perempuan dan 59 persen laki-laki mengatakan mereka tahu. Sedangkan usia menikah untuk laki-laki tetap sama, 18 tahun.

Alasan utama dari mengurangi usia dewasa adalah untuk memberikan hak kepada anak usia 18 dan 19 tahun untuk mandiri secara finansial dan sosial. Siswa sekolah menengah Jepang lulus pada usia 17 atau 18 tahun, tetapi mereka yang memilih bekerja daripada melanjutkan ke pendidikan tinggi saat ini tetap dianggap anak di bawah umur, yang berarti mereka memerlukan izin orang tua untuk hal-hal seperti membeli atau menyewa apartemen sendiri atau mengajukan kartu kredit, sampai mereka berusia 20 tahun. Untuk anak-anak dalam keluarga yang tidak beruntung, hal ini dapat membuat mereka terikat pada lingkungan hidup yang tidak sehat atau tidak aman, bahkan jika mereka bekerja dan mampu menghidupi diri sendiri.

Remaja Jepang
Ilustrasi remaja Jepang yang tinggal sendiri (soranews24.com)

Survei tersebut juga menanyakan tentang beberapa hak baru khusus untuk anak berusia 18 tahun.

Tahukah kamu bahwa anak berusia 18 tahun akan mampu…?

● Mengajukan kartu kredit mereka sendiri (48 persen perempuan tahu, 49 persen laki-laki)

● Membuat kontrak ponsel sendiri (perempuan 36 persen, laki-laki 45 persen)

● Tinggal sendiri / menandatangani sewa apartemen sendiri (perempuan 37 persen, laki-laki 41 persen)

● Mengubah status tempat tinggal atau pekerjaan mereka tanpa izin orang tua (perempuan 30 persen, laki-laki 35 persen)

● Mengajukan pinjaman bank (perempuan 25 persen, laki-laki 30 persen)

● Menjalani pengobatan konversi jenis kelamin (perempuan 12 persen, laki-laki 15 persen)

Di sisi lain, beberapa hal yang berpotensi kejahatan akan tetap dilarang sampai usia 20 tahun.

Tahukah kamu bahwa kamu masih harus berusia 20 tahun untuk…?

● Mengkonsumsi atau membeli alkohol (perempuan 89 persen, laki-laki 79 persen)

● Menggunakan atau membeli produk tembakau (perempuan 88 persen, laki-laki 78 persen)

● Berjudi pada acara seperti pacuan kuda (perempuan 39 persen, laki-laki 47 persen)