Beberapa waktu lalu, JS sempat memberitakan bahwa pemerintah Jepang melarang fans dari luar Jepang untuk menonton Tokyo Olympic, meski International Olympic Committee sempat keberatan. Kendati demikian, IOC akhirnya memutuskan bahwa mereka menerima keputusan tersebut.
Melarang fans dari luar Jepang menonton Tokyo Olympic tentunya menambah kerugian yang diderita Jepang akibat penundaan olimpiade. Tak hanya itu, berbagai pertanyaan pun bermunculan. Untuk mengetahui apa pertanyaan dan kerugian yang timbul akibat keputusan ini, simak pembahasan yang dikutip dari Associated Press via Japan Today berikut.
Refund
Penjualan tiket bagi fans luar Jepang dikelola oleh reseller tiket resmi yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Para reseller yang ditunjuk langsung oleh komite penyelenggara olimpiade ini diperbolehkan untuk menerapkan biaya jasa hingga 20% dari harga tiket. Tak hanya itu, mereka juga menjual berbagai paket, seperti paket tiket + hotel yang cukup mahal.
Harga tiket asli sendiri kemungkinan besar akan dikembalikan, meski waktunya belum pasti. Namun, biaya tambahan tentu akan lebih sulit dikembalikan. CEO komite penyelenggara olimpiade di Jepang, CEO Toshiro Muto pun mengatakan bahwa pihaknya tak bertanggung jawab untuk mengembalikan dana pembelian tiket penerbangan dan hotel.
Apakah pihak penyelenggara bisa me-refund 600.000 tiket yang telah terjual pada fans luar Jepang dengan cepat? Mari kita tunggu saja.
Budget besar
Penjualan tiket menghasilkan pendapatan 800 juta dolar untuk anggaran operasional yang didanai swasta, sumber pendapatan terbesar ketiga setelah sponsor lokal dan kontribusi dari IOC. Nah, kekurangan yang diderita ini harus ditanggung oleh entitas pemerintah Jepang.
Hal ini tentunya semakin membebani pembayar pajak Jepang. Pasalnya, menurut laporan resmi, biaya olimpiade adalah 15,4 miliar dolar Amerika, jumlah terbesar dalam sejarah olimpiade. Dan hampir seluruh biaya ini (kecuali sekitar 6,7 miliar dolar) adalah uang publik.
COVID-19 dan vaksin
Jepang boleh jadi merupakan negara yang memiliki kasus kematian akibat COVID-19 dengan jumlah yang tergolong rendah (kurang dari 9.000 kematian) dan terbilang lebih baik dalam menangani pandemi dibanding beberapa negara lain. Kendati demikian, kasus baru di Tokyo cukup banyak, sekitar 400 kasus pada beberapa hari terakhir.
Tak hanya itu, distribusi vaksin Jepang pun relatif lambat. Tak hanya itu, 11.000 atlet Olympic dan 4.440 atlet Paralympic tidak diwajibkan untuk melakukan vaksinasi saat memasuki Jepang. Kendati demikian, IOC menyarankan agar sebisa mungkin vaksinasi dilakukan meski mereka tak ingin mendorong atlet muda berada di garis terdepan penerima vaksin sebelum lansia dan masyarakat yang rentan tertular mendapat vaksin.
Namun, para atlet harus terkonfirmasi negatif COVID-19 sebelum berangkat dari negaranya. Mereka juga akan kembali dites sesampainya di Jepang dan di Athletes Village, venue olimpiade, dan tempat latihan. Para atlet juga diminta untuk segera meninggalkan Jepang segera setelah kompetisi berakhir.
Tekanan di Jepang sendiri
Beberapa survei menunjukkan bahwa 80% masyarakat Jepang ingin agar olimpiade kembali ditunda atau dibatalkan. IOC dan komite penyelenggara di Jepang pun harus “merayu” masyarakat. Sayangnya, malah ada 2 skandal yang menyerang olimpiade. Pertama, presiden komite penyelenggara di Jepang, Yoshiro Mori dipaksa untuk mundur dari jabatannya setelah membuat komentar seksis terhadap wanita.
Minggu lalu, direktur kreatif Tokyo Olympic, Hiroshi Sasaki pun mundur dari jabatannya setelah mengatakan bahwa seorang selebriti “plus-size” terkenal di Jepang seharusnya tampil di upacara pembukaan olimpiade dengan berdandan layaknya babi, alias "Olympig."
Dan dua tahun lalu, (mantan) presiden Komite Penyelenggara Tokyo Olympic, Tsunekazu Takeda. Takeda terlibat dalam skandal suap voting dan mundur dari IOC.
Estafet obor
Estafet obor yang akan dimulai pada Kamis mendatang dari Prefektur Fukushima ini menjadi semacam tes sebelum upacara pembukaan mendatang.
Estafet obor ini akan ditutup untuk publik. Fans di sepanjang rute juga diminta untuk mengenakan masker, social distancing dan mendukung dalam diam. Penyelenggara juga memiliki hak untuk menghentikan even jika terjadi kerumunan.
Ternyata banyak juga ya masalah Tokyo Olympic?