Sebuah iklan koran mengritik respons pemerintah Jepang terhadap gelombang keempat COVID-19 viral di media sosial, seiring dengan kekhawatiran masyarakat terhadap rencana pemerintah untuk tetap menggelar olimpiade yang akan berjalan 2 bulan lagi.
Iklan tersebut tampil di 3 koran nasional: Asahi Shimbun, Yomiuri Shimbun, dan Nikkei pada Selasa pagi dan dibayar oleh penerbit yang terkenal hobi mengambil sikap terhadap masalah sosial dan politik. Iklan itu menunjukkan ilustrasi virus corona yang dihamparkan pada foto hitam putih era Perang Dunia II dari anak-anak Jepang yang berlatih bertarung dengan tongkat.
"Tidak ada vaksin, tidak ada obat. Apakah kita harus melawan dengan bambu runcing? Jika keadaan terus seperti itu, politik akan membunuh kita," kata iklan itu, mencatat bahwa masyarakat telah mengalami pembatasan selama setahun sementara virus terus menyebar.
Iklan satu halaman penuh yang diterbitkan oleh penerbit majalah Takarajimasha ini adalah teguran langka terhadap respons Jepang dalam menangani pandemi. Perusahaan yang berbasis di Tokyo itu mengatakan dalam siaran persnya bahwa pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan atas rasa frustrasi publik dengan pembatasan virus dan lambatnya vaksinasi.
"Kita telah ditipu. Untuk apa pembatasan setahun penuh itu?” itulah yang tertulis dalam iklan tersebut.
Kepala komunikasi global di kantor perdana menteri pun tak memberikan respons langsung terhadap email permintaan komentar terkait iklan tersebut.
Sementara itu dalam siaran pers, Takarajimasha mengatakan bahwa masyarakat seharusnya lebih mengungkapkan kekesalan mereka terkait jumlah korban akibat virus corona, mulai dari individu, bisnis, hingga tenaga kesehatan. Sebelumnya, penerbit ini juga melakukan campaign terhadap beberapa isu sosial dan politik, dengan yang terbaru menunjukkan bagaimana masyakat Jepang telah mematuhi langkah-langkah pencegahan virus dengan baik.
Foto-foto dalam campaign iklan itu pun tersebar di media sosial Twitter, lengkap dengan poster yang menggambarkan bahwa hal itu menunjukkan rasa frustasi masyarakat terhadap lambatnya pemberian vaksin dan pemerintah yang tetap ingin menggelar Tokyo Olympic sesuai rencananya.
Pada Jumat lalu, Jepang mengumumkan perpanjangan status darurat COVID-19 mereka hingga 31 Mei mendatang. Status tersebut akan berdampak di Tokyo, Osaka, dan 4 prefektur lainnya.
Seperti telah disinggung sebelumnya, Jepang adalah negara kaya dengan pemberian vaksin paling terlambat. Dari total populasi, baru 2,6% yang telah divaksin. Ada juga laporan yang mengatakan bahwa masyarakat sulit mendapatkan slot vaksinasi.