3. Ingin menjadi tenaga medis? Wajib mengambil JLPT!
Bagi kamu yang ingin menjadi tenaga medis di Jepang, tes JLPT merupakan tes penting yang harus diambil. Maksimal sertifikat N1 dibutuhkan untuk menjadi tenaga medis di Jepang, seperti dokter umum, dokter gigi, perawat, dan lain sebagainya. Sebagai pengasuh untuk anak dan lansia di Jepang pun membutuhkan sertifikat N1 bagi kamu yang berasal dari luar Jepang. Hal ini tentu saja penting, karena banyak istilah-istilah medis yang patut dipahami oleh pembelajar di luar Jepang jika ingin bekerja sebagai tenaga medis di Jepang. Istilah-istilah medis inilah yang diukur setingkat N1 dalam tes JLPT.
Tidak hanya menjadi tenaga medis, mungkin saja kamu ingin menjadi kementerian kesehatan di Jepang. Meski terdengar jarang menjadi cita-cita orang di luar Jepang, namun ternyata N1 termasuk sebagai standarisasi bagi mereka yang ingin menjadi menteri kesehatan di Jepang, loh!
4. Untuk bersenang-senang!
Nihongo wa tanoshii deshou? Tentu saja bagi kamu penggemar segala hal berbau Jepang mulai dari fakta Jepang sampai budaya Jepang, sangat menarik jika kamu bisa mengetahui sejauh apa kemampuan bahasa Jepang kamu, terutama bila kamu berasal dari kalangan autodidak yang tidak mempelajari bahasa Jepang secara akademis. Tentu sangat menyenangkan untuk mengetahui sejauh apa pelajaran yang telah kamu terima dari kursus, eskul, privat, maupun anime dan manga yang sudah kamu lahap!
N4 dan N5 yang relatif murah tentu saja bisa menjadi ajang senang-senang dan ajang persaingan sehat dalam lingkungan pertemananmu selama setahun sekali. Gak ada salahnya mencoba tes JLPT N4 dan N5 untuk bersenang-senang bersama teman penggemar bahasa dan budaya Jepang,lho! Siapa tahu dari situ, kamu bisa mengembangkan lagi kemampuan berbahasa Jepangmu, sampai bisa merancangkan rencana studi dan rencana karirmu ke depannya!
Selain alasan-alasan mengikuti tes JLPT, tes ini juga memiliki beberapa kekurangan yang harus kamu pahami baik-baik.
JLPT sendiri merupakan bentuk tes tertulis yang mengukur kemampuan mendengar, membaca, dan gramatika. Hal ini tentu tidak bisa menjadi tolak ukur dari kemampuan bahasa Jepangmu secara luas, seperti kemampuan berbicara dan bercakap-cakap. Tidak jarang mereka yang terlalu terpaku dengan tes JLPT, mengejar sertifikat JLPT yang tinggi, dan hanya belajar aspek-aspek yang diminta oleh JLPT, menyebabkan kemampuan berbahasa Jepang mereka menjadi stuck, terutama menjadi tidak mampu berbahasa Jepang secara verbal, apalagi membedakan bentuk sopan dan bentuk santai.
Nah, jadi, untuk menghindari kekurangan dari tes JLPT tersebut, jika kamu tertarik mempelajari bahasa Jepang, jangan lupa untuk selalu mengeksplorasi kemampuan kamu dan mengasah kemampuan berbicara kamu.
Bagaimana, apakah sekarang kamu jadi tertarik mengikuti tes JLPT?
Sumber: