Baru-baru ini, Tokyo Regional Council of Trade Unions (TRCTU) mempublikasikan laporan hasil survei rata-rata biaya hidup keluarga atau rumah tangga di Tokyo. Survei ini dilakukan pada tahun 2019 dan dilakukan terhadap 3200 orang. Di antara 3200 orang tersebut, terdapat 739 orang yang telah memiliki anak. TRCTU pun menganalisis kondisi keuangan rumah tangga milik 739 orang tersebut. Dan, hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa biaya hidup rumah tangga yang dikeluarkan orangtua yang telah memasuki usia 50 tahun berjumlah 23.500.000 yen atau sekitar 3 miliar rupiah.
Meskipun dalam rumah tangga mereka paling tidak ada satu anggota keluarga yang telah memiliki pekerjaan tetap, Tokyo Regional Council of Trade Unions menemukan fakta bahwa biaya hidup rumah tangga terus meningkat di setiap tahunnya. TRCTU memilih keluarga untuk dijadikan model dalam survei ini. Keluarga yang terpilih adalah yang beranggotakan suami, istri dan dua anak yang tinggal di pusat kota Tokyo. Rincian biaya hidup bulanan model keluarga ini adalah sebagai berikut.
Jika biaya tersebut ditambahkan dengan biaya asuransi dan pajak, biaya hidup rumah tangga setiap bulannya dapat mencapai 540.000 yen atau sekitar Rp.74.000.000. Ini lebih tinggi dari rata-rata biaya hidup rumah tangga di Kyoto yaitu sekitar 480.000 yen. Berdasarkan informasi dari orangtua dalam keluarga yang telah dijadikan model dalam survei ini, mereka menghabiskan 6,5 juta yen di usia 30-an, 7,4 juta yen di usia 40-an dan 9,6 juta di usia 50-an untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Bagaimana mungkin biaya hidup rumah tangga bisa meningkat hingga 3,1 juta dalam jangka waktu 2 dekade? Apa penyebabnya?
Ternyata, hal ini disebabkan karena mereka harus membiayai kuliah anak-anak mereka. Di Jepang, biaya yang diperlukan untuk kuliah selama 4 tahun mencapai 2,4 juta hingga 5,4 juta yen (sekitar 330 juta hingga 740 juta rupiah). Yang termasuk dalam biaya kuliah antara lain adalah uang pokok per tahun/semester, biaya sewa kos, biaya ujian, dan juga biaya les agar dapat masuk ke perguruan tinggi.
Keluarga yang dijadikan model survei oleh Tokyo Regional Council of Trade Unions tidak merepresentasikan kondisi keuangan seluruh keluarga yang ada di Tokyo. Karena setiap rumah tangga pasti memiliki cara yang berbeda dalam mengatur anggaran kebutuhan dan pengeluaran. Tetapi hasil perhitungan TRCTU dapat menjadi gambaran bagaimana kondisi keuangan atau finansial keluarga di Tokyo beberapa tahun mendatang. Dan juga perlu diperhatikan, survei ini tidak menyebutkan bagaimana efek pandemi corona terhadap keuangan rumah tangga di Tokyo, tetapi dapat dipastikan kondisi keuangan keluarga atau rumah tangga menjadi bruruk sejak bulan April 2020.