Berita Jepang | Japanesestation.com

Siapa yang tidak tahu Chibi Maruko Chan? Anime ini merupakan salah satu anime evergreen yang sering ditayangkan berulang-ulang di Indonesia, yang bergenre slice of life dan komedi. Cerita Maruko dan kehidupan sehari-hari bersama keluarga besarnya adalah salah satu garis besar yang selalu disoroti oleh film ini.

Namun sadarkah kamu bahwa keluarga Maruko berbeda dengan keluarga-keluarga pada anime modern yang tinggal di apartemen bersama kedua orang tua saja sebagai keluarga inti? Inilah yang membedakan sistem keluarga Ie dan keluarga inti di Jepang!

Apa itu Ie?

Bila kamu membuka kamus bahasa Jepang, kamu akan menemukan bahwa ie adalah bahasa Jepang dari 'rumah'. Namu tentunya sistem keluarga ie tidak dapat diartikan secara mentah seperti itu. Ie sendiri memiliki arti simbolis dan deskriptif. Sebagai simbolis, Ie adalah rumah tradisional Jepang yang seringkali digabung sebagai satu kesatuan dengan halaman dan kebun pribadi.

Secara deskriptif, Ie adalah sistem kekeluargaan berbentuk tradisional yang populer pada zaman Edo (abad ke-17 sampai dengan abad ke-19). Sistem kekeluargaan ini lahir dari perkembangan budaya yang kental dari negara-negara Asia Timur yang mempengaruhi Jepang. Menurut pola yang diamati oleh Satoshi Sakata, seorang profesor dari Chuo University, pola tradisi ini sudah dimulai dari era Sengoku.

Sistem keluarga Ie adalah sistem kekeluargaan yang sangat dipertahankan dan dipegang erat oleh pemerintah Jepang selama bertahun-tahun. 

Namun disayangkan, sistem keluarga Ie ini mulai memudar pelaksanaannya sepuluh tahun setelah Perang Dunia II. Keluarga-keluarga di Jepang mulai menganut sistem keluarga inti yang lebih sering kita lihat hingga masa sekarang.

Cara sistem keluarga Ie bekerja

Chibi Maruko Chan
Chibi Maruko Chan, salah satu anime dengan sistem keluarga Ie

Sistem keluarga Ie berporos pada peran suami di suatu keluarga. Hal paling mencolok yang berbeda dari sistem keluarga inti adalah hadirnya kedua orang tua dari pihak suami dalam keluarga. Sebab, pada jaman di mana tradisi Ie sering dianut, warga Jepang percaya bahwa anak laki-laki memiliki tanggung jawab untuk menjaga, berbakti, dan membiayai kedua orang tuanya hingga akhir hayat mereka.

Cara menentukan kepala keluarga adalah tergantung pada pendaftaran data Koseki kepada pemerintah. Diketahui bahwa 98% kepala keluarga pada masa itu adalah laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa sistem kekeluargaan Ie adalah sistem keluarga yang berporos pada sistem patriarkis yang menitikberatkan peran laki-laki di dalam rumah.

Pada sistem keluarga Ie, tugas seorang suami adalah mencari nafkah, sementara tugas seorang istri adalah urusan-urusan rumah tangga. Selama sistem keluarga Ie populer, pola ini terus digunakan oleh keluarga-keluarga di Jepang, menjadi sebuah mandat dan juga tren dalam menjalankan sebuah rumah tangga.

Perubahan, sisi positif, dan sisi negatif

Setelah jaman Perang Dunia II, terdapat banyak perubahan di Jepang, dan perubahan ini pun berdampak pada sistem keluarga Ie. Setelah Perang Dunia II, keluarga mulai bergeser kepada gaya keluarga inti, di mana suami, istri dan anak tinggal terpisah dari orang tua suami.

Perempuan pun mulai bekerja dan tidak hanya mengurus rumah tangga. Jaman sekarang pun di Jepang mulai marak program Ayah Rumah Tangga yang mendorong para pria untuk mengambil peran dalam rumah tangga. Pun saat ini kepala rumah tangga diberi cuti bila istrinya baru melahirkan anak, supaya mereka bisa menghabiskan waktu dengan anak mereka yang baru lahir.

Sisi positif dari sistem keluarga Ie dipandang oleh beberapa ahli sebagai media perkembangan anak secara sosial, sebab sejak kecilnya, mereka sudah terbiasa berkomunikasi dengan kakek dan nenek mereka di rumah. Sisi negatif dari keluarga inti adalah keterbatasan dalam komunikasi anak akan orang dewasa, meski, anak pun sering dititipkan di penitipan anak sejak era istri bekerja dimulai.

Namun para ahli pun memandang Ie sebagai sistem yang memberatkan perempuan, di mana seringkali ditemukan bentrok antara istri dan mertua perempuan, dikarenakan perbedaan generasi yang membuat mereka tidak sehati dalam memilih cara membesarkan anak.

Apapun sistemnya, tentu saja memiliki sisi baik dan buruk. Meski telah pudar dari masyarakat Jepang, namun sistem keluarga ini tentu juga bagian dari sejarah Jepang yang membentuk Jepang menjadi negara yang menarik hingga saat ini. Bagaimana menurut kamu?