Banyak orang yang mengetahui kalau balapan liar itu berbahaya, tapi ada saja yang tetap melakukannya. Begitu juga dengan di Jepang, yang merupakan salah satu negara produsen otomotif di dunia. Apalagi setelah film The Fast and the Furious yang berlatar di negeri sakura dirilis beberapa tahun yang lalu, demam balapan liar di jalanan semakin digemari dan populer di seantero Jepang, walau pun tetap diadakan secara diam-diam.
Dilansir dari berbagai sumber, para pembalap jalanan di Jepang disebut sebagai "Hashiriya." Beberapa Hashiriya suka memodifikasi mobilnya, sementara beberapa lainnya menyukai kebut-kebutan. Ada yang menyukai teknik drifting dan ada juga menyukai teknik cornering (menikung). Selain itu ada juga Hashiriya yang suka kebut-kebutan dalam jalur melingkar untuk memecahkan rekor waktu, mereka disebut rullet-zoku. Jika kalian melihat jalanan di Tokyo dari atas langit saat berada di pesawat atau saat berada di atas gedung, kalian akan melihat ada beberapa jalur yang melingkar. Untuk menjadi yang teratas di antara para rullet-zoku sangat mudah, seorang Hashiriya cukup mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi dan melanggar hukum lalu-lintas.
Lalu bagaimana tindakan aparat kepolisian dalam menindak para jalanan di Jepang? Selain memasang banyak alat pendeteksi kecepatan, polisi juga berpatroli sepanjang hari sehingga kalau ada yang kebut-kebutan, maka pengemudi tersebut dengan cepat akan ditangkap. Tapi para Hashiriya mengetahui dengan persis di mana alat-alat pendeteksi kecepatan itu dipasang dan mereka tidak takut terhadap polisi. Mereka juga memiliki alat khusus untuk mendeteksi mobil polisi yang datang mendekat.
Selain di Tokyo, balapan liar di jalanan juga bisa kita temukan di Osaka. Di kota tersebut ada kelompok yang mengklaim turut bertanggung jawab atas berkembangnya gaya tuning yang dikenal sebagai JDM, mereka disebut sebagai Kanjozoku. JDM (Japan Domestic Market) sendiri merupakan aliran/gaya modifikasi yang mengacu pada barang-barang modifikasi yang dibuat dan dipasarkan untuk area Jepang dan berasal dari produsen Jepang, bukan replika.
Para pembalap Kanjozoku suka melakukan balapan di rute yang disebut Kanjo, yaitu jalan raya sepanjang 7.6 km yang melintasi kota Osaka, dari situlah nama Kanjozoku berasal. Mungkin kalian akan mengira kalau para pembalap Kanjozoku mengemudikan mobil-mobil keren seperti Nissan GT-R dan Toyota Supra yang telah dimodifikasi, tapi ternyata mereka hanya menyukai satu mobil, yaitu Honda Civic. Berikut adalah film dokumenter pendek dari Bowl Films tentang balapan liar di Osaka yang disebut-sebut menciptakan seluruh konsep tuning JDM.
Sementara itu di Okinawa, orang-orang hanya suka melakukan balapan sesekali saja. Okinawa terletak di selatan Jepang, sehingga para penggemar balapan berada jauh dari sirkuit utama di Jepang. Karena kurangnya jalur balap juga agar tidak tertangkap oleh polisi, mereka hanya balapan di jalanan pada malam hari. Biasanya mereka menggunakan mobil Nissan Skyline GT-R, Toyota Supra atau mobil-mobil keren lainnya, tapi ada juga yang menggunakan Toyota 147 Aristo yang dapat melaju hingga 320 km/jam dan menggunakan parasut untuk mengeremnya.
Berikut adalah video tentang balapan liar di Okinawa.
Tapi, balapan liar juga tentunya dapat mengundang kecelakaan, salah satunya yang pernah terjadi pada tahun 2011 yang lalu di jalanan Chugoku Expressway di Shimonoseki, Prefektur Yamaguchi yang melibatkan 8 mobil Ferrari, 3 Mercedes, sebuah mobil Lamborghini, satu mobil Skyline dan sebuah Toyota Prius. Kecelakaan itu terjadi karena salah perhitungan dari pembalap pengemudi Ferrari yang memimpin konvoi dari mobil-mobil sport tersebut.
Jadi, jangan coba-coba kebut-kebutan dan balapan liar di jalanan ya!