Jika kamu memiliki rencana untuk bekerja di Jepang, kamu mungkin pernah mendengar tentang shuukatsu (就活). Apa itu shuukatsu? Itu adalah proses berburu pekerjaan untuk para lulusan baru yang berlangsung sekitar bulan Maret atau April di Jepang. Semua lulusan baru berpartisipasi dalam banyak konferensi dan wawancara dengan harapan mendapatkan pekerjaan.
Ketika musim shuukatsu di Jepang dimulai, kamu akan bisa melihat banyak orang memakai setelan jas hitam di jalanan. Ya, sebagian besar lulusan baru di Jepang melalui proses ini untuk mendapatkan pekerjaan. Ketika sampai di tahun ke-3 di universitas, mereka langsung menyerahkan lamaran ke sebanyak mungkin perusahaan yang ada, bahkan bisa mencapai 100 perusahaan per orang, namun sebagian besar perusahaan menolak.
Sebagian besar dari mahasiswa Jepang mencari “tawaran pekerjaan informal” atau “nainaitei” satu tahun sebelum lulus dari universitas, dengan harapan akan mengarah pada “tawaran pekerjaan formal” atau “naitei” enam bulan kemudian. Pemerintah juga mengizinkan perusahaan-perusahaan untuk memberikan penawaran informal dan melakukan proses seleksi di awal bulan April, dan orang yang mendapatkan pekerjaan akan mulai bekerja di bulan April tahun berikutnya, setelah mereka lulus.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada tahun ke-3 di universitas, para pelajar mulai mempersiapkan diri mereka secara gila-gilaan untuk mencari pekerjaan. Mereka memotong dan mewarnai rambut mereka menjadi warna hitam, membeli setelan interview (setelan jas formal, kemeja, dan dasi berwarna hitam), mempersiapkan diri dan mental mereka tanpa henti untuk wawancara perusahaan, dan semua orang melatih kalimat yang sama persis yang akan mereka gunakan dalam wawancara.
Karena individualitas bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh perusahaan Jepang, disinilah semua orang dipaksa untuk menghilangkan kualitas pribadi mereka yang membuat mereka unik dan berbeda dari orang lain. Seperti kata pribahasa Jepang, “paku yang mencuat akan dipalu”. Tentu saja ada beberapa pengecualian dalam hal ini, tetapi kebanyakan dari mereka terpaksa untuk mengesampingkan kebutuhan dan keinginan mereka demi kepuasan perusahaan.
Dengan penjelasan di atas, kamu pasti bisa membayangkan betapa kompetitif dan rumitnya proses shuukatsu ini. Jika kamu termasuk salah satu lulusan baru yang memiliki keinginan untuk bekerja di Jepang, berikut ini adalah lima alasan kenapa kamu harus menghindari shuukatsu.
1. Buang-Buang Waktu yang Membuat Stres
Proses shuukatsu berlangsung selama beberapa bulan bahkan sampai setahun atau lebih. Hal ini juga berlaku untuk proses perekrutan kerja biasa, tetapi tidak pada ritme yang sama. Saat di shuukatsu, lulusan baru mengikuti konferensi beberapa kali dalam seminggu. Setiap aplikasi dilengkapi dengan tugas dan pertanyaan tertulis dengan jawaban spesifik yang perlu diingat. Orang-orang menghabiskan banyak waktu dan berada di bawah banyak tekanan untuk itu. Apakah kamu bersedia melalui semua itu?
2. Kamu Tidak Tahu Apa yang Akan Kamu Lakukan
Kamu tidak bisa memilih apa yang akan kamu lakukan, tetapi hanya bisa memutuskan perusahaan mana yang kamu minati. Hal ini buruk karena perusahaan bisa saja menempatkan kamu di bidang yang tidak sesuai dengan kemampuanmu.
3. Orisinalitas Tidak Diizinkan
Perusahaan bersikeras untuk mengatur kode berpakaian, gaya rambut, dan resume yang sama dengan ketat. Tidak ada tempat untuk orisinalitas. Sebaliknya, orisinalitas dan ekspresi dari kepribadian kamu akan dilihat sebagai kurangnya kedisiplinan. Kamu tidak bisa menjadi diri sendiri, dan akan dipaksa menjadi pribadi yang lain.
4. Tidak Ada Percakapan
Shuukatsu adalah tentang penyaringan. Ketika kamu memiliki 100 ribu kandidat yang ingin memasuki perusahaanmu, kamu tidak akan bisa meluangkan waktu untuk berbicara dengan mereka semua. Kamu bahkan tidak dapat melakukan percakapan yang konstruktif dengan mereka.
Karena itu kamu hanya bisa mengajukan beberapa pertanyaan standar yang sama, dan otomatis membuat mereka menjalani latihan yang telah direncanakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tetapi kebanyakan dari mereka akan menjawab hal yang sama, jadi tidak ada gunanya.
5. Pelamar Tidak Punya Kekuatan
Jika ada 100 ribu orang yang bersaing denganmu, berpakaian sama, menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama, bagaimana kamu menunjukkan bahwa kamu lebih berharga dari mereka? Tidak, kamu tidak akan bisa.
Sebagai penutup, berikut adalah video singkat yang dibuat oleh Universitas Seni Tokyo yang menggambarkan neraka yang dialami lulusan baru di Jepang selama shuukatsu.
Sumber: