Berita Jepang | Japanesestation.com

Seorang biksu Jepang yang juga bekerja sebagai seorang makeup artist merayakan keberagaman seksual dengan menyebarkan pesan ke seluruh Jepang bahwa perbedaan adalah hal yang indah. Kodo Nishimura, nama biksu itu, adalah seorang biksu Buddha dari aliran Jodo asal Tokyo. Ia menulis sebuah otobiografi yang menggambarkan keadaan dirinya, seorang minoritas seksual komunitas LGBTQ. Dalam bukunya yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi berjudul, “Adil dan bebas: Aku dapat hidup dengan cara yang aku inginkan.”

Dalam buku tersebut, Nishimura menuliskan, “Menjadi berbeda dari orang lain bukanlah hal yang buruk," dan “Aku tak akan menyerahkan masyarakat yang tak memiliki hati menyetir hidupku.” Namun, biksu Jepang ini baru dapat mengungkapkan jati dirinya pada publik dalam 5 tahun terakhir ini dan sebelumnya harus menahan perasannya hingga saat itu tiba.

Biksu Buddha Jepang minoritas seksual japanesestation.com
Cover buku otobiografi Nishimura (mainichi.jp)

Pada tahun 2012 hingga 2013 silam, Nishimura bekerja sebagai seorang makeup artist di Amerika Serikat dan bertanggungjawab dalam berbagai kontes kecantikan seperti Miss Universe dan photoshoot untuk majalah. Nishimura juga kadang terlihat mengenakan makeup dan boots high heeled di Instagram dan media social lain. Sebagai biksu di sebuah kuil di Tokyo, Nishimura tetap menampilkan dirinya di depan publik sebagai sesorang dengan minoritas seksual dan tetap aktif memberikan ceramah di kantor Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai universitas di dalam maupun luar Jepang.  

Perjalanan Nishimura hingga ke titik ini tidaklah mudah, banyak hal yang menghalanginya. Sejak masih kanak-kanak, Nishimura menyukai puteri-puteri Disney dan kerap dibully dan dicap dengan kata “feminin” dan “centil.” Saat memasuki SMA, anak perempuan dan anak laki-laki mulai menghabiskan waktu istirahat mereka dalam kelompok terpisa, sementara  Nishimura terisolasi di kelas. Dalam kurun waktu yang ia sebut sebagai “masa kelam” itu, sebenarnya Nishimura telah menyadari bahwa ia adalah seorang homoseksual, meski ia selalu menghabiskan waktunya sendirian karena tidak ingin ada orang yang tahu tentang fakta tersebut.

Biksu Buddha Jepang minoritas seksual japanesestation.com
Nishimura saat bekerja menjadi makeup artist (mainichi.jp)

Titik balik dalam hidup Nishimura adalah pengalamannya belajar di Amerika Serikat setelah lulus SMA. Melihat negara bebas dan terbuka itu, Nishimura mulai berpikir, "Amerika bahkan dapat menerima bahkan orang sepertiku, orang yang berbeda dari yang lain." Ia pun mempelajari sen di sebuah universitas di New York setelah menghadiri sekolah bahasa. Saat menyaksikan minoritas seksual keluar dengan percaya diri, Nishimura mulai merasa yakin dan berpikir, "tidak ada artinya menjalani hiduo jika terus  menyembunyikan bahwa aku seorang homoseksual."

Karena profesi biksu adalah bisnis keluarganya, Nishimura pun mulai berlatih sejak usianya mebinjak 24 tahun. Sejak awal, Nishimura diberitahu bawhwa biksu tidak diperbolehkan menggunakan akeseoris, dan mulai memikirkan apakah tak apa menjadi seorang biksu meski memakai aksesoris dan makeup. Tak hanya itu, Nishimura juga khawatir akan perbedaan ritual yang bergantung pada gender, seperti laki-laki yang harus menginjakkan kaki kiri terlebih dahulu dan perempuan menginjakkan kaki kanan terlebih dahulu saat menginjak pembakar dupa. Namun, seorang biksu senior mengatakan bahwa, "penampilan dan tata karma ritual bukanlah inti dari ajaran ini,” dan kata-kata tersebutlah yang “menyelamatkan” Nishimura.

Biksu Buddha Jepang minoritas seksual japanesestation.com
Kodo Nishimura tanpa makeup dan mengenakan jubah biksunya (mainichi.jp)

Nishimura juga menyadari meski ia menganggap dirinya sebagai seorang gay saat berusia 20 tahunan awal, kini ia menyadari bahwa ia tidak dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai laki-laki yang tertarik pada laki-laki, namun ia juga tidak merasa bahwa ia adalah perempuan. Nishimura merasa bahwa ia bukanlah laki-laki ataupun perempuan, Karena itu, ia menyadari bahwa, “Identifikasi seksual seseorang benar-benar harus beragam.”

Ayat dari Amida Sutra  berikut selalu menjadi penyemangat Nishimura:

"Bunga biru memberikan cahaya biru; bunga kuning memberikan cahaya kuning; bunga merah memberikan cahaya merah; dan bunga putih memberikan cahaya putih.”

Di surga, bunga-bunga memancarkan cahaya dengan warna masing-masing. Arti dari ayat tersebut adalah semua bunga spesial dengan cahaya yang dipancarkannya masing-masing.

 "Aku ingin menyampaikan pesan ini pada mereka yang hidup sambil menyembunyikan identitas mereka dan mereka yang kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain."

Nishimura juga mulai tampil dalam TV show dan mendapat respon manis, seperti “Aku sangat bangga padamu” dari kerabat dan pengikut kuil tempatnya bekerja

 "Masih banyak orang yang bingung karena tidak bisa mengatakan hal ini, jadi aku tidak memaksa mereka untuk come out. Namun, aku akan berusaha membantu mereka yang tak tahu apa yang harus mereka lakukan,” ujar Nishimura.

"Kehadiran semua orang itu berarti, dan setiap orang itu cantik karena kita semua berbeda,” tambahnya mengekspresikan pendapatnya tentang arti hidup setiap manusia di dunia.