Saat orang-orang sedang bersiap untuk merayakan hari Valentine di Jepang, sekelompok orang dari anggota Kakuhido, aliansi pria yang tidak aktif terhadap wanita, menyerukan untuk tidak ada lagi yang bermesraan di depan umum. Para pria yang berdemonstrasi di Tokyo tersebut mengklaim bahwa hal itu menyakiti perasaan mereka.
Mereka membentangkan banner raksasa bertuliskan "Hancurkan Hari Valentine" sebagai upaya untuk menggulingkan dan mengakhiri perayaan cinta tahunan tersebut.
Kepala aliansi tersebut, Takayuki Akimoto mengatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menghancurkan kapitalisme cinta. Ia pun menambahkan "Orang-orang seperti kita yang tidak mencari cinta sedang ditindas oleh masyarakat."
Tradisi hari Valentine di Jepang digunakan oleh para wanita untuk membeli dan memberikan cokelat untuk orang-orang penting dalam hidup mereka, baik itu untuk kekasih maupun untuk rekan kerja. Sementara itu, para pria membalas pemberian tersebut sebulan kemudian saat perayaan White Day.
"Tradisi memberikan cokelat berarti kalian akan bersaing, kalian akan dinilai oleh berapa banyak permen yang kalian dapatkan, ini adalah strategi bisnis oleh kapitalis cokelat," ucap Akimoto. Hari Valentine sendiri berasal dari tradisi Romawi kuno dan Akimoto kesal karena tradisi tersebut disalahgunakan dan berubah menjadi alat untuk menghasilkan uang.
Kakuhido didirikan pada tahun 2006 oleh Katsuhiro Furusawa. Sebelumnya, kelompok ini juga telah memprotes tentang "Ibu rumah tangga yang mengendalikan masa depan Jepang."