Sebagai sebuah negara yang memegang teguh budayanya, Jepang memiliki berbagai pandangan terhadap orang-orang bertato. Lalu, kira-kira konsekuensi seperti apa yang harus anda tanggung saat anda pergi ke Jepang dengan tato yang melekat di tubuh anda?
Singkat cerita, pada zaman dahulu tato di Jepang memiliki makna yang melekat dengan sebuah kejahatan. Oleh karena itu orang yang bertato akan dikucilkan atau bahkan dihindari oleh masyarakat. Opini masyarakat Jepang tentang tato yang identik dengan kejahatan juga diperkuat dengan penggunaanya oleh anggota mafia Jepang, Yakuza.
Kini, meski tato telah diakui menjadi salah satu bentuk seni yang menggunakan media kulit, namun keberadaannya sendiri masih belum dapat sepenuhnya terlepas dari stigma negatif di masyarakat tentang sejarah yang mengawali tato itu sendiri. Bahkan meskipun terdapat beberapa orang yang kini tak lagi mengasosiasikan tato dengan tindakan kriminal, namun tindakan mentato tubuh masih belum dapat dibenarkan karena dianggap sebagai sebuah tindakan yang tidak menghargai tubuh yang sudah diberikan kepada manusia.
Anehnya, dengan latar belakang dan fakta yang demikian, pandangan masyarakat Jepang terhadap orang asing bertato yang berkunjung ke Jepang justru mendapat sebuah pengecualian.
Hal tersebut tidak lain karena masyarakat Jepang sangat memahami adanya perbedaan yang signifikan antara budaya mereka dengan budaya asing. Mayoritas masyarakat Jepang juga mengetahui bahwa stigma negatif tentang tato merupakan stigma yang terbentuk karena budaya mereka. Oleh karena itu, mereka cenderung lebih terbuka dengan orang asing yang bertato.
Meskipun demikian, ternyata masih ada batasan tertentu yang tidak bisa dilanggar oleh orang asing bertato yang berkunjung ke Jepang. Sebagai contoh, meskipun anda adalah orang asing, namun jika anda memiliki tato di tubuh anda, anda tetap tidak diperbolehkan berendam di onsen karena tinta dari tato anda dikhawatirkan dapat merusak kemurnian air.
Alasan lainnya adalah karena tato yang melekat di tubuh anda dikhawatirkan dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Alasan yang satu ini juga berlaku di tempat-tempat terbuka, seperti pantai dan penginapan tradisional Jepang atau “Ryokan”. Meskipun terkadang terdapat beberapa tempat yang memberikan toleransi kepada orang asing pemilik tato, mengingat mereka tidak mengetahui adat istiadat yang berlaku, namun jangan terlalu berharap bahwa semua tempat akan memberikan toleransi yang sama kepada anda.