Berita Jepang | Japanesestation.com
1747292marimo1780x390

Pengembang Jepang, PT Marimo Property, menganggap pasar Indonesia sangat prospektif dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Bukan saja karena jumlah populasinya paling padat sehingga membutuhkan berjuta-juta hunian, melainkan juga daya belinya yang meningkat.

Direktur PT Marimo Property, Nobuyuki Okimoto, mengatakan hal tersebut terkait ketertarikan Jepang menggarap pasar properti Indonesia, kepada Kompas.com, Kamis (15/5/2014).

"Indonesia nomor satu di Asia Tenggara. Pasar properti booming di mana-mana. Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, juga kota-kota lainnya. Pembangunan dilakukan di setiap jengkal lahan. Negara lain seperti Thailand, Filipina atau Vietnam tidak sedinamis Indonesia, harga pun masih kalah," ujar Okimoto.

Indonesia, dalam catatan Knight Frank, mengalami pertumbuhan harga untuk properti kelas atas sebesar 37,7 persen, dan merupakan tertinggi di dunia. Sementara untuk properti kelas menengah dan bawah, menurut riset Colliers International Indonesia dan JLL berada pada kisaran 15 persen hingga 20 persen.

Bagusnya, kata Okimoto, pertumbuhan properti tersebut didorong oleh peningkatan kebutuhan di semua segmen. Baik kelas bawah, menengah, maupun atas. "Properti yang ada sekarang belum sanggup memenuhi kebutuhan pasar. Itu kesempatan besar bagi kami untuk membangun properti di Indonesia," imbuhnya.

Meskipun laju pertumbuhan harga tak sepesat dua tahun lalu karena kebijakan pengetatan Bank Indonesia atas loan to value (LTV) atau rasio antara nilai kredit terhadap nilai agunan, namun Okimoto menganggap sebagai langkah yang tepat.

"Itu sangat bagus dan memang harus dilakukan, supaya pertumbuhan tetap bisa dikendalikan. Kami juga merasa aman untuk berinvestasi properti dengan adanya kebijakan tersebut," tandas Okimoto.

Sejak masuk pasar Indonesia pada 2012 silam, Marimo Property telah membangun dan mengelola dua properti dengan jenis apartemen servis (serviced apartment). Kedua properti tersebut adalah Sun Crest Residence yang merupakan hasil kolaborasi dengan Sinarmas Land Group di area pengembangan Kota Deltamas, dan M Gold Tower hasil kerja bareng dengan PT Metropolitan Land Tbk.

"Kami menginvestasikan 7,5 juta dollar AS atau Rp 85,7 miliar untuk kedua apartemen itu dalam bentuk ekuitas. Sisanya merupakan pinjaman perbankan," buka Okimoto.

Marimo Property bukanlah pengembang Jepang pertama yang terpincut moleknya pasar properti Indonesia. Sebelumnya terdapat Mitsui Corporation, JAL Hotels Corporation, Tokyu Land, Sumitomo, Kyoei Corporation, dan Shimizu Corporation yang termasuk dalam generasi pertama yang jeli menangkap peluang menjanjikan yang ditawarkan industri properti Nasional.

Menyusul kemudian Marubeni, Kajima, Sojitz, dan Itochu sebagai generasi berikutnya. Menariknya, perusahaan-perusahaan ini tak hanya berbisnis inti sebagai developer  juga kontraktor.