Berita Jepang | Japanesestation.com

Pergi ke Jepang kini semakin mudah dan nyaman bagi muslim Indonesia. Selain membebaskan visa kunjungan mulai 1 Desember mendatang, Jepang juga memperbanyak makanan halal di kantin-kantin kampus di Negeri Sakura.

Tarik Mahasiswa Asing, Jepang Sajikan Menu Halal di Kantin Kampus
Foto: Getty Images

Salah satu dari 19 perguruan tinggi di Jepang yang menyediakan pilihan makanan halal adalah Yamanashi University. Kantinnya telah menambahkan pilihan hidangan baru dengan stiker halal di menunya. Sejak Desember 2013, total hidangan halal yang disajikan di sini ada 10 macam.

"Setiap negara dan mazhab memiliki ketentuan berbeda terkait kelayakan makanan halal. Karena itu, kami beberapa kali berdiskusi dengan mahasiswa asing," kata manajer kantin Tetsuya Tanahashi, seperti ditulis situs OnIslam (26/01/2014). Dari sekitar 180 mahasiswa asing di universitas ini, 50 orang di antaranya adalah muslim dari Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, Bangladesh, dan lain-lain. Salah satunya adalah Ikhwan Farid asal Malaysia yang mengaku bosan harus memakan mackerel panggang dan udon terus setiap hari di kantin. Di kantin Shokujin di Kanda University of International Studies, alat makan dan kulkas untuk makanan halal dibedakan. Di lantai duapun ada musala dan keran untuk wudu. "Dengan adanya menu halal, saya tak perlu lagi menanyakan bahan-bahan hidangan. Bisa makan dan salat di kampuspun tak hanya membuat saya nyaman, tapi juga mengajarkan kepada mahasiswa Jepang terkait apa yang penting bagi muslim," kata Cahyani Ariya Wiji, mahasiswi dari Indonesia, kepada Japan Times (22/07/2014). Kampus pertama di Jepang yang menyediakan daging halal sebagai pilihan di kantinnya adalah University of Tokyo pada 2010. Kampus ini memesan daging halal lewat National Federation of Universities Co-operative Association. Empat perguruan tinggi di wilayah tersebutpun menyusul. Perguruan tinggi lainnya di Jepang yang juga menyediakan makanan halal adalah Tokyo Business Association of University Cooperatives, Saitama University, dan Kyoto University. Di Jepang, kampus penyedia makanan halal tersebar di daerah yang memiliki populasi muslim cukup banyak, seperti di Tokyo, Osaka, Kyoto, Sendai, Tsukuba, Nagoya, dan Kyushu. Kyoto, contohnya, memiliki populasi muslim 1.000 orang yang sebagian besar adalah mahasiswa. "Pilihan makanan yang sesuai di suatu tempat adalah faktor besar dalam menentukan tempat studi," kata Takeshi Ito dari Asosiasi Halal Jepang (JHA). Kebijakan ini merupakan bagian dari Global 30 Program, program Kementerian Pendidikan Tinggi, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi Jepang untuk meningkatkan jumlah mahasiswa internasional di Jepang. Diharapkan, pada tahun 2020 jumlah mahasiswa asing di Jepang naik menjadi 300.000 orang dari angka 140.000 saat ini. Saat ini ada 12.000 muslim di Jepang. Negeri Matahari Terbit dengan 47 wilayah dan provinsi ini memiliki setidaknya satu masjid di setiap provinsi. Angka tersebut terus bertambah sejalan dengan program Jepang untuk menarik lebih banyak pelancong muslim.