Berita Jepang | Japanesestation.com
Selain disibukkan dengan agenda Halloween sepanjang malam, kepolisian di wilayah Tokyo menangkap seorang pencuri di sebuah toko buku di Prefektur Hyogo. Kejadian pencurian tersebut menjadi buah bibir di Tokyo karena melibatkan seorang siswa sekolah di Jepang berusia 18 tahun, dan barang bukti yang diamankan berupa buku pelajaran. Menurut keterangan aparat setempat, kejadian bermula pada 29 Oktober, saat terduga pelaku memasuki toko buku di depan Stasiun Akashi. Setelah berkeliling di beberapa rak buku beberapa kali, gadis itu pergi tanpa membeli apapun. Namun tidak lama berselang, pada pukul 7 malam sang gadis mengunjungi toko buku yang sama untuk kedua kalinya. Curiga dengan gerak gerik sang gadis SMA, seorang karyawan toko berinisiatif mendekati siswi SMA tadi dan memeriksa tas yang dibawanya. Setelah dilakukan pemeriksaan, penjaga toko menemukan buku-buku yang dicoba untuk dicuri. Atas kejadian itu, penjaga toko menghubungi kepolisian setempat. Setelah dilakukan penyelidikan, kepolisian Tokyo mengungkap bahwa pelajar sekolah di jepang tersebut sudah berhasil membawa 10 buku saat pertama kali memasuki toko buku. Di kunjungan kedua, dia kembali mencoba untuk mencuri 15 lagi, naas, kali ini dirinya tertangkap basah. Berbeda dengan kasus pencurian di toko buku kebanyakan, dimana para pencurinya lebih memilih untuk mengambil manga atau majalah cabul, menurut keterangan polisi, sebagian besar buku yang dicuri oleh gadis SMA tadi adalah buku pelajaran. Salah satu buku yang diamankan bersama pelaku berjudul "An Interesting and Easy to Understand Explanation of Exponents and Logarithms". Pelaku pencurian menyampaikan bahwa dirinya mencuri puluhan buku bukan untuk dijual kembali dengan harga diskon, melainkan dirinya akan menggunakan buku yang dicurinya untuk belajar. Si pelaku mengaku nekat untuk mencuri karena tidak memiliki uang untuk membelinya. Total harga buku yang dicuri oleh gadis SMA ini mencapai 36,000 yen atau senilai lebih dari Rp 4,500,000 rupiah. Pelaku secara resmi ditangkap oleh kepolisian Jepang pada 30 Oktober dan hingga saat ini belum dijatuhi hukuman. Muncul wacana untuk merehabilitasi pelaku tanpa perlu menjalani hukuman pidana.