Berita Jepang | Japanesestation.com

Dalam ajaran Buddha di Jepang, Jikininki (食人鬼 "hantu pemakan manusia"; diucapkan shokujinki di Jepang modern), adalah roh orang-orang serakah, egois atau tidak berperasaan yang dikutuk setelah mati untuk mencari dan memakan mayat manusia. Mereka melakukan ini di malam hari, mengais-ngais mayat yang baru meninggal dan juga memakan persembahan makanan yang tersisa bagi orang mati. Mereka kadang-kadang juga menjarah mayat yang mereka makan untuk mendapatkan barang-barang berharga, yang mereka gunakan untuk menyuap pejabat setempat agar membiarkan mereka hidup dalam damai. Meskipun demikian, Jikininki meratapi kondisi mereka dan membenci hasrat menjijikkan mereka terhadap daging manusia yang telah mati.

Seringkali, Jikininki dikatakan terlihat seperti mayat yang membusuk, mungkin dikarenakan oleh beberapa fitur yang tidak manusiawi dimana mereka memiliki cakar yang tajam atau mata yang bersinar. Mereka disebut sebagai makhluk yang mengerikan. Namun, beberapa cerita mereka memiliki kemampuan yang ajaib untuk menyamar sebagai manusia biasa dan bahkan untuk menjalani "kehidupan" normal di siang hari.

Jikininki, Iblis Pemakan Mayat Manusia yang Terkenal di Jepang
(image : Kaek on Deviantart)

Kisah Jikininki sendiri diceritakan dalam buku ciptaan Lafcadio Hearns pada tahun 1904 yang berjudul  Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things. Selain itu kisah yang sama juga diceritakan dalam buku  Ugetsu Monogatari  karya Ueda Akinari yang terbit pada tahun 1776.

Jikininki adalah hantu yang memakan mayat orang mati. Mereka terlihat seperti manusia biasa hanya saja fitur mereka lebih mengerikan. Gigi mereka tajam dan mereka gunakan untuk mengelupas daging dari tubuh yang baru saja meninggal. Iblis ini ditemukan di dekat desa, biasanya di kuil yang ditinggalkan atau pada reruntuhan tua. Mereka menghindari kontak yang berlebihan dengan manusia, namun tetap dekat dengan pemukiman manusia, karena manusia adalah sumber makanan utama mereka. Jikininki mendapatkan rezekinya dengan melahap daging dan tulang almarhum yang baru saja meninggal. Mereka tidak menikmati keberadaan mereka dan tidak menemukan kesenangan dalam memakan orang mati. Namun mereka tetap melakukannya untuk mengurangi sedikit rasa sakit karena kelaparan abadi mereka. Biasanya mereka memangsa mayat di malam hari di kuil tempat mayat tersebut disembahyangkan.

Jikininki, Iblis Pemakan Mayat Manusia yang Terkenal di Jepang
(image : the monster guys)

Dulu, seorang biksu bernama Musō Soseki sedang melakukan perjalanan ziarah saat ia tersesat jauh di pegunungan. Saat hari mulai gelap, dia menemukan pertapaan tua yang bobrok, di mana seorang biksu tua memberinya arahan ke desa yang tidak jauh dari situ. Soseki melanjutkan perjalanan, dan saat malam tiba ia tiba di desa.

Putra kepala desa menyambut Soseki dan mengundangnya untuk tinggal di rumahnya sebagai tamu. "Namun," katanya, "ayah saya meninggal tadi pagi. Kami punya kebiasaan di desa kami. Ketika salah satu dari warga kita meninggal, kita semua harus bermalam di luar desa. Jika kita tidak melakukannya, kita akan dikutuk. Tapi Anda sepertinya lelah karena telah melakukan perjalanan. Selain itu karena anda merupakan biksu dan  juga bukan anggota desa ini, saya rasa anda tidak harus pergi. Silahkan tinggal di rumah saya malam ini sementara kami semua meninggalkan desa.Soseki  pun bersyukur menerimanya meskipun dia harus bermalam sendiri sementara semua penduduk pergi meninggalkan desa.

Malam itu, sang biksu membacakan doa di dekat mayat kepala desa. Tiba-tiba, dia merasakan kehadiran makhluk lain di dekatnya. Soseki merasa tubuhnya membeku, dan dia tidak bisa bergerak. Kemudian, bentuk gelap dan kabur merayapi rumah dan sampai ke tubuh sang kepala desa. Makhluk itu melahap sisa-sisa tubuh kepala desa, lalu menyelinap pergi dengan tenang setelah memakannya.

Jikininki, Iblis Pemakan Mayat Manusia yang Terkenal di Jepang
(image : goombus)

Keesokan paginya, saat penduduk desa kembali, Soseki menceritakan apa yang telah dilihatnya pada malam hari. Putra kepala desa mengatakan kepadanya bahwa ini seperti yang dikatakan legenda setempat. Soseki terkejut, dan bertanya mengapa biksu yang tinggal di pertapaan tersebut tidak melakukan sholat pemakaman untuk desa tersebut. Putra kepala desa tampak bingung. "Tidak ada pertapaan di dekatnya. Terlebih lagi, belum ada biksu di wilayah ini selama beberapa generasi ... "

Soseki menelusuri langkahnya melewati pegunungan menuju pertapaan lama yang pernah ia lihat malam sebelumnya. Biksu tua itu menyambutnya ke gubuk dan mengatakan kepadanya, "Saya minta maaf karena telah menunjukkan pemandangan buruk seperti tadi malam. Monster yang Anda lihat di rumah kepala desa adalah saya. Dahulu, saya adalah seorang biksu yang tinggal di desa itu, dan saya melakukan banyak pelayanan pemakaman untuk orang mati. Namun, yang bisa saya pikirkan hanyalah pembayaran untuk jasa saya, dan bukan jiwa almarhum. Karena kurangnya keyakinan saya, ketika saya meninggal, saya terlahir kembali sebagai jikininki. Sekarang, saya dipaksa untuk memakan mayat orang mati. Tolong, selamatkan jiwa saya dan lepaskan saya dari siksaan ini! "

Pada saat itu, biksu tua dan pertapaan tua yang bobrok tersebut menghilang tanpa bekas. Soseki tersadar sedang duduk di tanah yang dikelilingi rumput tinggi. Satu-satunya benda di dekatnya hanyalah nisan kuno yang berlapis lumut.

(featured image : wattpad)