Berita Jepang | Japanesestation.com

Pada tahun 1977 hingga 1983 silam, terjadi sebuah kejadian misterius di Jepang. Ada banyak warga sipil Jepang yang menghilang mendadak. Setelah ditelusuri, rupanya warga-warga Jepang ini diculik oleh agen pemerintah Korea Utara. Hal ini mungkin “wajar” jika dilakukan Korea Selatan yang memiliki hubungan kurang mengenakkan dengan Jepang terkait kerja paksa di Pulau Hashima, tapi tidak dengan Korea Utara. Lantas, apa yang menyebabkan pemerintah Korea Utara menculik warga sipil Jepang?  

Alasan Penculikan

Setelah ditelusuri, beberapa korban diculik untuk mengajarkan bahasa dan kultur Jepang di sekolah mata-mata Korea Utara, Sementara beberapa korban yang lebih tua diculik demi mendapatkan identitas mereka. Untuk para wanita, ada spekulasi bahwa mereka diculik untuk dijadikan istri anggota kelompok teroris Jepang yang berbasis di Korea Utara, kelompok "Yodo-go" yang sempat terlibat kasus pembajakan pesawat Japan Airlines pada tahun 1970 silam dan beberapa diduga diculik karena tak sengaja melihat aktivitas agen Korea Utara di Jepang, yang dibuktikan dengan penculikan Megumi Yokota, seorang anak perempuan berusia 13 tahun.

penculikan orang Jepang japanesestation.com
Megumi Yokota (washingtonpost.com)

Kasus penculikan ini dibantah untuk waktu yang lama oleh pemerintah Korea Utara dan simpatisannya (termasuk Chongryon dan Partai Sosialis Jepang) serta kerap dianggap sebuah teori konspirasi belaka. Di sisi lain, pemerintah Jepang tidak melakukan apapun meski diberi tekanan dari orang tua para korban.

Ada juga klaim yang menyebutkan bahwa isu ini diguanakn oleh nasionalis Jepang, termasuk Perdana Menteri Shinzō Abe, untuk merevisi undang-undang dan mengurangi pembatasan konstitusional tentara Jepang, merevisi undang-undang pendidikan dasar, dan tujuan politik lain, meski belum terbukti hingga sekarang.

Saksi Hidup

penculikan orang Jepang japanesestation.com
Kaoru Hasuike (washingtonpost.com)

Meski pemerintah Korea Utara sempat membantah tentang kasus penculikan ini, ternyata ada beberapa saksi hidup yang membagikan kesaksiannya pada publik, salah satunya Kaoru Hasuike yang berusia 20 tahun ketika diculik bersama kekasihnya (kini istrinya) pada tahun 1978 dan menghabiskan waktunya bekerja selama 24 tahun di Pyongyang, tempat ia dan sandera lainnya disekap.

“Awalnya aku berusaha untuk melawan. Namun dalam situasi tersebut, apalagi setelah dipukuli, aku merasa takut dan tak dapat bergerak,” ujarnya menceritakan pengalamnnya saat diculik.

Hasuike ingat bahwa ia dibawa ke sebuah kapal besar dan diberi obat yang membuatnya tak sadarkan diri hingga sampai di Korea Utara.

Hasuike bersama korban lain pun menghabiskan hidupnya untuk di Pyongyang selama dua setengah dekade dan bekerja untuk melayani pemerintah Korea Utara. Awalnya, mereka diberi doktrin politik. Berikutnya, para korban penculikan mendapatkan pelatihan bahasa. Hasuike mengajarkan bahasa jepang pada agen Korea Utara agar mereka dapat memata-matai Jepang.

Setelah program itu dihentikan, Hasuike diperintahkan untuk menerjemahkan artikel Koran dan majalah Jepang ke dalam bahasa Korea. Di tengah-tengah bekerja inilah ia menemukan foto orang tuanya di sebuah Koran Jepang dan mengetahui bahwa Jepang berusaha untuk membebaskan para sandera.

Hasuike juga mengatakan bahwa ia sempat terpisah dengan kekasihnya, Yukiko selama 18 bulan. Ketika kembali dipersatukan, mereka pun menikah dan akhirnya memiliki 2 orang anak. Mereka sama sekali tidak pernah menyebut kata dalam bahasa Jepang karena takut pemerintah Korea membuat mereka menjadi mata-mata dan membesarkan mereka sebagai warga Korea Utara.

Pada tahun 2002, Hasuike, sang istri, dan beberapa korban lainnya “membebaskan” mereka dan mengizinkan mereka pulang ke Jepang untuk kunjungan keluarga. Saat pasangan ini kembali ke Jepang, mereka menyadari bahwa jika mereka tidak kembali lagi ke Korea Utara, Pyongyang akan membebaskan anak-anak mereka. Karena itu, mereka memutuskan untuk tidak kembali ke Korea Utara hingga akhirnya pada tahun 2004, anak-anaknya dipulangkan setelah pemerintah Jepang mengunjungi Pyongyang untuk kedua kalinya. Di tahun yang sama, pemerintah Korea juga menyerahkan abu kremasi dari 2 sandera yang diklaim telah meninggal di Korea Utara, salah satunya adalah Megumi Yokota, yang diculik saat masih berusia 13 tahun.

penculikan orang Jepang japanesestation.com
Para korban penculikan yang dipulangkan pada tahun 2004 (wikimedia.org)

Kini, Hasuike dan keluarganya telah hidup normal di Jepang. Hasuike pun mengatakan bahwa ia tetap bangga dengan anak-anaknya meski banyak hal terjadi dan berusaha unruk mengubah hidupnya.  

Perkembangan kasus ini masih terus berlanjut hingga September 2019 silam, dengan data terakhir dugaan warga Jepang yang diculik oleh pemerintah Korea Utara berjumlah sebanyak 879 orang.

Sumber:

Wikipedia

Asia Society

Washington Post