Korea Utara dikabarkan mengundurkan diri dari Tokyo Olympic. Pertanyaannya, kenapa?
Jawabannya, virus corona. Ya, negara itu mengatakan bahwa virus corona alias COVID-19 membuat mereka menjadi negara pertama yang mengundurkan diri dari Tokyo Olympics.
Memang, Korea Utara sangat sensitif terkait COVID-19. Apalagi, wabah yang meluas di negara dengan sistem kesehatan yang sudah rusak bisa menjadi bencana.
Namun, Korea Utara sebelumnya juga telah menggunakan acara olahraga besar untuk mengatur diplomasi dengan Amerika Serikat yang dimaksudkan untuk memenangkan bantuan sanksi dengan imbalan janji perlucutan senjata nuklir.
Bingung ya? Biar lebih jelas, berikut pembahasan keputusan Korea Utara!
Ketakutan akan virus
Sebuah situs resmi negara mengatakan pada Rabu (7/4) lalu bahwa Komite Penyelenggara Olimpiade Korea Utara memutuskan untuk tak berpartisipasi dalam olimpiade demi menjaga kesehatan para atlet dari COVID-19.
Sebelumnya, Korea Utara juga memboikot olimpiade dan even olahraga internasional lainnya demi alasan politik atau gagal tampil karena atletnya tak memiliki kualifikasi. Namun, ini adalah kali pertama Korea Utara mundur dari even olahraga internasional terbesar akibat penyakit menular.
Pyongyang kini memiliki reputasi untuk menarik diri dari pembicaraan dengan Seoul dan Washington sebelum kembali pada menit terakhir untuk meningkatkan daya tawar. Tetapi, mengingat bahwa negara tersebut telah sangat waspada terhadap COVID-19, para ahli mengatakan ada sedikit kemungkinan bahwa mereka akan membalikkan keadaan.
Park Won Gon, seorang profesor studi Korea Utara di Universitas Ewha Womans Seoul mengatakan bahwa sangat tidak mungkin Korea Utara bisa mengamankan vaksin yang cukup untuk 26 juta penduduknya atau melaporkan kemajuan besar dalam perang anti-virus pada Juli mendatang, pada Tokyo Olympic mendatang.
Sejauh ini, Korea Utara telah mengambil beberapa langkah anti-virus paling “kejam” di dunia, termasuk penutupan perbatasan internasional selama 15 bulan dan kepergian warga negara asing.
Korea Utara sendiri masih mengklaim bahwa mereka bebas dari virus corona, meski banyak ahli dari luar negeri memperdebatkannya.
Menurut Seo Yu-Seok dari Institute of North Koreasn Studies, keputusan Korea Utara untuk melewatkan olimpiade membuktikan bahwa kontak dengan orang asing adalah hal paling berbahaya kini.
Pesan untuk Washington
Keputusan Korea Utara yang diumumkan tiga bulan sebelum Olimpiade dimulai, menandakan bahwa Pyongyang menolak desakan Seoul untuk memanfaatkan Olimpiade. Tak hanya itu, ini juga menunjukkan tekad untuk meningkatkan tekanan pada pemerintahan baru Presiden AS, Joe Biden.
Korea Utara mengirimkan pesan bahwa mereka ingin berurusan langsung dengan AS daripada menggunakan Olimpiade sebagai tempat untuk menghubungi Washington dan berbincang, kata Kwak Gil Sup, kepala One Korea Center, sebuah situs web yang membahas isu-isu Korea Utara.
Pembicaraan nuklir yang sekarang menemui jalan buntu antara Pyongyang dan Washington ini sebenarnya telah dimulai sejak 2018, setelah rekonsiliasi di Semenanjung Korea, menyusul partisipasi Korea Utara dalam Pyeongchang Winter Games di Korea Selatan awal tahun itu.
Selama Olimpiade tersebut, atlet dari Korea berbaris bersama di bawah satu bendera unifikasi dalam upacara pembukaan dan membentuk tim gabungan pertama Korea dalam hoki es putri. Kim Yo Jong, saudara perempuan berpengaruh dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, juga menjadi anggota pertama dari keluarga penguasa Korut yang mengunjungi Korea Selatan sejak akhir Perang Korea 1950-53.
Namun, hanya ada sedikit kemajuan dalam isu nuklit tersebut dalam dua tahun terakhir ini. Korea Utara baru saja menembakkan dua rudal balistik ke laut dalam uji coba senjata. Kim Yo Jong juga memperingatkan agar Washington “tidak melakukan hal aneh” dan menyebut presiden Korea Selatan dengan sebutan “burung beo yang dipelihara Amerika.”
Meskipun begitu, para ahli mengatakan Korea Utara pada akhirnya akan berbincang bersama Biden guna memenangkan keringanan sanksi dan mencapai hubungan yang lebih baik setelah kehancuran ekonomi yang dideritanya akibat pandemi, sanksi dan bencana alam tahun lalu.
Sementara itu, analis Seo mengatakan bahwa Korea Utara tidak yakin tentang manfaat menghadiri Olimpiade Tokyo karena Biden telah menjelaskan bahwa ia tidak akan terlibat dalam pertemuan dengan Kim Jong Un seperti pendahulunya Donald Trump.
"Mereka tahu bahwa mereka akan pulang dengan tangan kosong dari Tokyo," kata Seo.
Kendati demikian, kesulitan domestik Korea Utara mendorong mereka untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat sesegera mungkin.
Seo mengatakan Korea Utara dapat melakukan uji senjata besar, seperti peluncuran rudal balistik antarbenua, dalam beberapa bulan mendatang jika tidak puas dengan tinjauan kebijakan Korea Utara dari pemerintah Biden yang diharapkan akan segera selesai. Waduh?