Berita Jepang | Japanesestation.com

Kini, hubungan antara negara Jepang dan Cina memang kurang baik. Namun, tahukah kamu kalau pada zaman dulu, hubungan antara dua negara Asia ini sangat erat? Bahkan, konon sebutan “negara matahari terbit” yang dijadikan julukan Jepang itu terinspirasi dari Cina lho! Nah, sosok yang mampu mempererat hubungan dua negara ini adalah Pangeran Shotoku, seorang pangeran Jepang yang mencintai filosofi dan ilmu politik Cina. Ingin kenal lebih dekat dengan Pangeran Shotoku? Yuk, simak uraiannya!

Siapa Sih Pangeran Shotoku?

pangeran Jepang negeri matahari terbit japanesestation.com
Patung Pangeran Shotoku (wikipedia.org)

Pangeran Shotoku (Shotoku Taishi) yang bernama asli Pangeran Umayado ini adalah salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah Jepang yang memimpin Jepang sejak tahun 593 hingga 622 Masehi. Ia merupakan putra dari Kaisar Yomei dan menjalankan tugasnya sebagai pemimpin mewakili Kaisar Wanita Suiko.

Pangeran Shotoku dikenal pintar dan merupakan seorang penganut agama Buddha yang taat. Bahkan, ia disebut sebagai “bapak kepercayaan Buddha Jepang.” Hal ini membuatnya membangun banyak kuil-kuil Buddha megah di Jepang, seperti Kuil Shitennoji di Osaka dan Kuil Horyuji di Nara.

Dan seperti sudah disebutkan di atas, Pangeran Shotoku sangat senang membaca literatur dari Cina. Dari bacaan favoritnya itu, ia pun terinspirasi oleh filosofi dan cara berpolitik Cina. Hal ini membuat pemerintahannya pun kental dengan budaya Cina. Bahkan, nama “Shotoku” saja terdiri huruf kanji Cina “sho” dan “toku” yang berarti “suci” dan “kebajikan.” Karena kecintannya terhadap budaya Cina, Pangeran Shotoku sering digambarkan dengan sosok seorang birokrat yang mengenakan pakaian pengadilan gaya Cina, lengkap dengan topi dan sepatu bangsawan.

Namun, kecintannya terhadap budaya Cina memberikan hasil yang baik. Hubungan Jepang dan Cina saat itu sangat baik, ia juga membuat para diplomat Jepang untuk mempelajari cara pemerintahan Cina, membuat Jepang memiliki kekuatannya sendiri. Bahkan, sebutan “negara matahari terbit” itu bisa dibilang “terinspirasi” dari Cina! Alasannya akan dijelaskan selanjutnya, jadi, terus baca ya!

Pemerintahan Pangeran Shotoku

pangeran Jepang negeri matahari terbit japanesestation.com
Patung Pangeran Shotoku di Kuil Asuka, Nara (wikipedia.org)

Saat memerintah, Pangeran Shotoku dikenal sebagai pemimpin pintar yang mampu mengubah Jepang menjadi lebih baik. Pada tahun 604 M, Shotoku mulai memperkenalkan sistem 'cap rank' asal Cina bagi para pejabat negara dengan 12 level yang ditunjukkan dengan warna topi pejabat. Ia juga menghapus hak pemberian pajak oleh orang lain selain kaisar, membasmi korupsi, dan menghilangkan sistem pejabat yang mendapatkan jabatan hanya melalui warisan.  Tak hanya itu, ia juga memperkenalkan kalender gaya Cina dan membangun hubungan baik dengan Cina yang saat itu dipandang sebagai negara beradab terbesar di Asia dan mengirim para diplomat serta staf kedutaan ke pengadilan Sui dari 607 M hingga sepanjang abad ke-7 M.

Seventeen Article Constitution

Shotoku juga dikenal dengan kode etik baru dalam pemerintahannya yang disebut  Seventeen Article Constitution atau Seventeen Injunctions (Jushichijo-kenpo). Ada yang bilang kalau undang-undang tersebut sebenarnya tidak ditlis oleh Shotoku namun terinspirasi darinya selepas kematiannya. Hal-hal yang disebutkan dalam pasal tersebut dibuat untuk menekankan prinsip Buddha dan Konfusianisme terhadap pemerintahan, termasuk pentingnya keharmonisan (wa).

“Negara Matahari Terbit”

Nah, tadi sudah disebutkan kan kalau konon julukan “negara matahari terbit” yang menjadi kata untuk mewakilkan Jepang sebenarnya terinspirasi dari Cina? Bagaimana ceritanya? Jadi, dulu banyak orang Cina yang menyebut Jepang sebagai “matahari terbit” karena memang Jepang terletak di timur, membuat matahari terbit dari arah itu. Dari situlah, Pangeran Shotoku yang saat itu mengganti nama Jepang yang semula disebut “Wa” menjadi “Nippon” yang ditulis dengan karakter kanji untuk “matahari” dan “asal” yang jika digabungkan menjadi “asal matahari.” Namun, kaisar Cina saat itu, Kaisar Sui kurang menyukai nama “Nippon” setelah Pangeran Shotoku mengirimkan surat yang berbunyi “Dari Anak Surga di Negeri Matahari Terbit untuk Anak Surga dari Negeri Matahari Terbenam (Cina).” Namun, meski julukan dan nama Nippon/Nihon tidak disukai Kaisar Cina, Pangeran Shotoku tetap pada pendiriannya hingga nama itu dipakai hingga kini.

Kematian Pangeran Shotoku

pangeran Jepang negeri matahari terbit japanesestation.com
Pangeran Shotoku (wikipedia.org)

Memang tak ada data yang jelas tentang bagaimana Pangeran Shotoku meninggal, namun dalam Nihon Shoki (buku sejarah Jepang) disebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 622 Masehi dan kematiannya membuat banyak orang berduka. Bahkan, semua penduduk sipil mengatakan sangat kehilangan sosok Pangeran Shotoku. Mulai saat itulah, Kaisar Suiko memimpin Jepang di bawah kepemimpinannya sendiri dan anak-anak Pangeran Shotoku meneruskan jejak sang ayah dalam menyebarkan agama Buddha di Jepang. Pangeran Shotoku juga mempunyai banyak penggemar karena kontribusinya untuk Jepang. HIngga kini, Pangeran Shotoku pun masih dianggap sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh dan paling bijaksana di Jepang.

Nah, itulah sekilas tentang Pangeran Shotoku, pangeran Jepang yang mencintai budaya Cina.

Sumber:

Ancient

Facts and Details