Berita Jepang | Japanesestation.com

Toguri sendiri memainkan perannya sebagai “Orphan Ann” di “Zero Hour” sekitar satu tahun setengah, meski mulai jarang tampil menjelang menyerahnya Jepang pada sekutu pada Agustus 1945. Saat itu, ia telah menikah dengan seorang Portugis-Jepang bernama Filipe D’Aquino dan berusaha untuk pulang ke Amerika. Sayangnya, ia mengalami kesulitan finansial, Karena itulah, saat dua orang reporter Amerika datang dan menawarkan 2.000 dolar (sekitar 28 juta rupiah) untuk sebuah interview terkait “Tokyo Rose,” ia langsung menerimanya dan tak menyangka keputusan itu membawa mimpi buruk.

Setelah identitasnya terbongkar, Toguri pun ditangkap oleh tentara Amerika selama satu tahun akibat diduga membantu Jepang dalam propaganda dan pengkhianatan hingga akhirnya pemerintah Amerika memutuskan bahwa siarannya tidaklah berbahaya dan membebaskannya.

perang dunia ii tokyo rose japanesestation.com
Iva Toguri dalam penjara (history.com)

Toguri pun berusaha untuk kembali ke Amerika setelah dibebaskan, namun sentimen anti Jepang di AS sangat kuat. Apalagi, komentator radio Walter Winchell mulai melobi pemerintah untuk kembali memenjarakan Toguri, hingga pada tahun 1948, Toguri kembali dipenjara atas tuduhan pengkhianatan terhadap negara.

Saat diadili di San Francisco, Toguri menyatakan bahwa ia tetap setia pada AS dan bekerja dengan membuat lelucon untuk menghibur tentara AS dalam siarannya. Charles Cousens bahkan datang ke Amerika untuk memberi pernyataan. Sayangnya, jaksa malah menghadirkan saksi Jepang yang mengklaim bahwa mereka mendengar pernyataan yang menghasut.

Salah satu dari kata-kata yang dituduhkan tersebut adalah siaran yang disiarkan setelah Pertempuran Leyte Gulf di mana ia dituduh mengatakan, “Para yatim piatu pasifik! Kini kalian benar-benar menjadi yatim lho. Bagaimana kalian bisa pulang jika kapal-kapal kalian tenggelam?” sebuah kalimat yang tak pernah tampil dalam transkrip siaran tersebut. Meskipun begitu, pada Oktober 1949, juri memutuskan Toguri bersalah dan menahannya dengan tuduhan pengkhianatan. Status kependudukannya sebagai warga negara AS pun dicpot dan dpaksa membayar denda sebesar 10.000 dolar dan kurungan 1 tahun penjara.

Toguri pun menghabiskan 6 tahunnya di penjara wanita di Virginia Barat sebelum dibebaskan pada 1956. ia pun kembali berkumpul bersama keluarganya di Chicago dan bekerja di usaha milik ayahnya. Sayangnya, reputasinya sebagai “Tokyo Rose” terus membayanginya dan harus melawan perintah deportasi dari pemerintah AS.

perang dunia ii tokyo rose japanesestation.com
Iva Toguri (timesfreepress.com)

Hampir dua dekade berlalu dan akhirnya kasus tersebut mendapat titik terang. Pada  1976, 2 saksi kunci dari sidangnya mengakui bahwa mereka dipaksa untuk bersaksi melawan Toguri.

Dengan opini publik mulai berpaling pada Toguri, mulai bermunculan kelompok yang membuat petisi untuk membuat Toguri mendapatkan ampunan dari presiden. Dan pada 19 Januari 1977, Presiden Gerald Ford mengabulkannya. Toguri pun dibebaskan dari tuduhan pengkhianatan dan kembali diakui sebagai warga negara Amerika di usianya yang ke-60 tahun. Setelah itu, ia pun kembali meneruskan kehidupannya di Chicago hingga ia meninggal pada tahun 2006 di umurnya yang ke-90 tahun, meninggalkan kisahnya sebagai “Tokyo Rose” pada generasi seterusnya.

sumber:

History.com

Britannica

FBI

Court House News

Times Free Press