3. Ratu Himiko, ratu shaman yang dicintai semua orang
Jika melihat sejarah pemimpin Jepang, mayoritas tetap pria ya? Meski sempat ada kaisar-kaisar wanita dalam sejarah, kepemimpinan wanita di Jepang masih terbilang rendah. Padahal, jika diberi kesempatan, mungkin ada pemimpin wanita yang bijaksana lataknya Ratu Himiko. Nah, siapa dia?
Ratu Himiko adalah seorang ratu shaman dari kerajaan Yamatai-koku di Wa (Jepang kuno). Menurut catatan sejarah, Himiko dipilih sebagai penguasa setelah peperangan beberapa dekade antara raja-raja Wa. Para sejarawan sendiri banyak yang mengaitkan sosok Himiko dengan beberapa tokoh seperti Permaisuri Jingu, yang merupakan seorang kaisar wanita pada 200-269.
Nah, pada transisi antara zaman Yayoi (300BC-300AD) dengan zaman Kofun (250-538 AD), ada syarat unik untuk menjadi penguasa: bisa berkomunikasi dengan dewa. Himiko sendiri adalah seorang shaman yang mampu mengusir dan memusnahkan roh jahat, sekaligus berkomunikasi dengan dewa atau roh suci. Karena itulah, Himiko dipilih menjadi seorang ratu menggantikan raja Yamatai-koku.
Himiko sangat disegani oleh rakyatnya meski jarang ada yang bisa melihatnya. Pasalnya, ia tinggal di sebuah istana yang dikelilingi oleh menara dan benteng dan dijaga ketat oleh pasukan bersenjata. Himiko juga memiliki 1000 dayang wanita dan satu orang pria kepercayaannya yang membantunya memimpin Yamatai-koku selama 50-60 tahun ke depan.
Lantas, apa yang dilakukan Himiko selama berkuasa? Apakah hanya diam? Oh, tentu tidak. Demi persatuan kerajaan Yamatai, Himiko melakukan kunjungan diplomasi ke Cina. Bahkan Dinasti Wei memberi Himiko gelar, "Queen of Wa Friendly to Wei", bersama dengan sebuah cap emas dan lebih dari 100 cermin perunggu.
Namun, sang ratu hebat ini meninggal pada tahun 248. Dan untuk menghormatinya, rakyatnya membuat sebuah makam super besar dan berbentuk seperti lubang kunci yang disebut dengan "kofun." Konon, 100 orang pengikut Himiko juga “mengikutinya ke dalam liang kubur.” Iya, ikut terjun masuk ke dalamnya. Benar-benar dicintai rakyatnya ya?
Meski banyak yang menentang tentang “keaslian” cerita Ratu Himiko, pada tahun 2009, ada sekelompok arkeologis Jepang yang mengklaim bahwa mereka telah menemukan makam Himiko, Hashihaka Kofun di Kota Sakurai. Memang, jika dilihat dari radio karbon dari artefak yang ditemukan, Hashihaka Kofun diperkirakan berasal dari tahun 240 dan 260 SM. Cocok kan dengan cerita Ratu Himiko?
4. Higuchi Ichiyo, penulis wanita yang tak kenal takut dan pantang menyerah
ika kamu menonton anime Bungo Stray Dogs, mungkin tidak terlalu asing dengan nama Higuchi Ichiyo. Nah, sebenarnya ada lho orang aslinya. Higuchi Ichiyp merupakan nama pena dari Natsu Higuchi, penulis wanita Jepang pertama yang menonjol. Setelah ayahnya meninggal ketika ia berusia 17 tahun, Higuchi terpaksa harus membiayai ibu dan adiknya. Terinspirasi temen sekelasnya, akhirnya ia pun memutuskan untuk menjadi seorang penulis.
Pada tahun 1891, Higuchi bekerja magang untuk Tosui Nakarai dan mulai mendapatkan uang sebagai penulis dari sini. Sayangnya, karirnya tersebut tak berjalan mulus karena Tosui Nakarai menyebarkan rumor tak mengenakkan bahwa ia dan Higuchi tidur bersama.
Perjuangan Higuchi belum selesai, Miyake Kaho dan Nakajima Utako pun membantu penulis muda ini untuk membuat koneksi baru dalam dunia sastra. Namun, sifat Higuchi yang tetap teguh mempertahankan konten berkualitas dalam karyanya membuat ia kesulitan menerbitkan karyanya. Ia pun bekerja dan membuka toko di daerah Yoshiwara. Sayangnya, bisnis ini pun harus gagal akibat kurangnya profit. Namun, semua kemalangan dalam hidupnya inilah yang membuat karya berikutnya menjadi masterpiece.
Higuchi menulis 21 cerpen, ribuan puisi dan cerita dalam buku hariannya. Nah, apa yang membuatnya populer dan dikenang?
Perjuangan wanita. Ya, hampir semua karakter utama dalam kisahnya adalah wanita yang miskin dan terjebak dalam situasi menyulitkan. Ia juga menulis tentang anak yatim piatu, perceraian, anak-anak dan para PSK. Semuanya ditulisnya dengan sangat realistis.
Ia mengambil inspirasi dari karya klasik Heian dan karya Ihara Saikaku yang terkenal akan karyanya tentang area Red Light District. Pengalamannya sendiri pun ia jadikan inspirasi.
Higuchi memang tidak menulis tentang perjuangan wanita yang mencoba untuk melawan atau mengubah keadaan. Namun, ia dapat mengekspresikan kesedihan dan rasa sakit para wanita, anak-anak, dan orang miskin tanpa menyalahkan sistem. Itulah keunikannya.
Karena itulah, banyak penulis yang menyebutnya sebagai “seorang penulis yang mampu menggambarkan kisah sedih para wanita dengan indah.” Benar-benar menarik.
Sayangnya, ia tak bisa lama menikmati masa kejayaannya karena meninggal di usia muda, 24 tahun akibat tuberculosis. Meskipun begitu, ia tetap menelurkan berbagai karya populer, seperti ‘The Thirteenth Night’ dan ‘Child’s Play’ yang membuka mata orang-orang mengenai apa itu karya sastra Jepang dan menjadi inspirasi bagi penulis generasi baru.
Nah, itulah 4 wanita inspiratif dan kuat dalam sejarah Jepang. Mana nih yang jadi favoritmu?