Bagi pecinta seni (atau player game Fate/Grand Order) nama Katsushika Hokusai mungkin tidak asing. Seniman ukiyo-e asal Jepang ini memang luar biasa. Bahkan salah satu karyanya, The Great Wave of Kanagawa yang ikonik, kerap menghiasi berbagai hal, mulai dari plat kendaraan bermotor hingga paspor. Nah, tapi kira-kira teman tahu tidak kalau sebenarnya di balik nama besarnya, ada beberapa fakta menarik tentang Katsushika Hokusai? Seperti pernah mengganti namanya sebanyak 30 kali atau karirnya yang awalnya di-set untuk menjadi seorang pemoles cermin? Nah, mari simak 7 fakta menarik tentang Katsushika Hokusai!
1. Pemoles Cermin?
Saat masih kecil, Hokusai diadopsi oleh pamannya yang bekerja sebagai pemoles cermin di kediaman salah satu shogun di Jepang dan pamannya tersebut berharap ia akan meneruskan pekerjaan tersebut. Namun, di saat yang sama, Katsushika Hokusai mulai belajar menggambar dan bakat seninya pun mulai terlihat. Akhirnya, pada usia remaja, ia mulai menjauhi diri dari bisnis pamannya. Dan di umur 19 tahun, Hokusai pun bergabung di studio milik seniman ukiyo-e Katsukawa Shunshō dan memulai karirnya di bidang seni.
2. Sempat berpindah-pindah selama 93 kali dan mengubah namanya sebanyak 30 kali.
Hokusai itu nomaden, tak pernah bertahan di suatu tempat untuk waktu yang lama. Ia malas membersihkan dan merapikan tempat tinggalnya, jadi ia mulai membiarkan debu dan sampah menumpuk di studionya hingga tempat tersebut tak pantas ditinggali lalu pindah. Hal ini dilakukannya hingga 93 kali. Hokusai juga sulit memilih satu nama. Memang, seniman kerap mengubah nama mereka, tapi Hokusai memiliki sangat banyak nama samaran, ada 30! Bahkan, batu nisannya un bertuliskan nama akhirnya, “Gakyo Rojin Manji,” yang bisa diartikan “Kakek Gila Lukisan.”
3. Jago mempromosikan dirinya sendiri
Konon, Hokusai sempat dipanggil oleh shogun untuk mendemonstrasikan bakat seninya. Hokusai pun meresponnya dengan melukis sebuah garis panjang besar berwarna biru di atas sebuah kertas lalu mencelupkan sebuah kaki ayam ke cat merah dan menyapukannya di gambar tersebut, membuat sebuah gambar daun maple yang mengapung di atas Sungai Tatsuta di Jepang. Tak hanya itu, ia mempromosikan dirinya sendiri dengan membuat sebuah lukisan raksasa di depan umum dengan bantuan murid-muridnya dan pada sebuah festival di Edo pada 1804, ia melukis sebuah potret biksu Buddha berukuran 180 meter dengan menggunakan sapu sebagai kuasnya. Dan beberapa tahun setelahnya, ia mempublikasikan seri buku sketsa terlarisnya yang menggambarkan pencetus Zen Buddha.
4. Hokusai juga menggambar untuk board game, buku instruksi menggambar, lentera kertas, dan diorama
Hokusai juga merupakan salah satu desainer utama untuk mainan dan diorama pada abad ke-19 lho. Ia juga membuat beberapa board game, salah satunya adalah game yang menggambarkan rute Edo dan situs-situs keagamaan di sekitarnya. Ia juga sempat membuat ilustrasi untuk berbagai buku dan menerbitkan buku langkah melukis untuk para seniman pemula. Salah satu dari buku langkah melukis tersebut dinamakan Hokusai Manga (1814-19) yang berisi gambar yang ia buat untuk para muridnya. Buku tersebut menjadi best-seller dan memberikan secercah rasa kepopuleran pertama bagi sang seniman.
5. Hokusai mulai melukis karya terpopulernya di umur 70 tahun
Hokusai memang mulai berkarir di usia muda dan sukses pada usia paruh baya, namun serangkaian peristiwa seperti kelumpuhan ringan, kematian istrinya, dan kesalahan cucunya yang bandel membuat ia mengalami kesulitan finansial. Hal ini membuat sang seniman mulai mencurahkan energinya untuk melukis, dan mulai membuat seri terpopulernya, “Thirty-Six Views of Mount Fuji” (The Great Wave of Kanagawa masuk di dalamnya) pada tahun 1830.
6. Karyanya ada 30.000!
Angka ini didapat dari hasil kerja kerasnya membangun karirnya yang dimulai pada 1779 hingga akhir hayatnya, tahun 1849 di usianya yang ke-89. Hokusai juga sangat produktif, ia mulai melukis dari terbitnya matahari hingga tengah malam. Meski kebakaran pada tahun 1839 sempat menghanguskan beberapa karyanya, konon ia telah memproduksi sekitar 30.000 lukisan, sketsa, woodblock print, dan buku bergambar. Keren!
7. Karya Hokusai berpengaruh pada seniman Impressionis barat
Semasa hidupnya, Hokusai harus menghadapi kebijakan pemerintah Jepang yang mengisolasi Jepang dan mencegah orang asing masuk serta melarang warga bepergian ke luar Jepang. Namun, rupanya hal ini tak menghentikan karyanya untuk mempengaruhi beberapa nama terbesar dalam sejarah seni dunia. Ketika Jepang membuka perbatasannya pada tahun 1850-an, karya Hokusai jatuh ke tangan beberapa seniman seperti Claude Monet. Edgar Degas juga mengambil inspirasi dari Hokusai, terlihat dari sketsa wujud manusia miliknya. Konon, karya Hokusai mencuri hati seniman barat akibat Hokusai menggunakan perspektif titik hilang gaya Barat yang sangat cocok dengan para seniman barat.
Nah, itulah 7 fakta menarik tentang Katsushika Hokusai!
Sumber: