Berita Jepang | Japanesestation.com

Lahi-lagi pertikaian antara Cina dan Jepang terjadi. Kali ini, kedua negara ini saling tuduh atas perlakuan tak pantas setelah seorang pejabat pemerintah Cina mengunggah sebuah tweet berisi salah satu lukisan ikonik seniman Jepang yang dimanipulasi, menunjukkan adanya limbah nuklir yang dibuang ke laut, membuat hubungan diplomatis kedua negara ini makin renggang.

Awal bulan ini, Jepang memang sempat mengatakan bahwa pihaknya akan membuang air yang terkontaminasi dari PLTN Fukushima, membuat marah para tetangganya. Cina juga mengatakan bahwa rencana tersebut “sangat tidak bertanggung jawab.”

Dan pada Senin (26/4) lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, mengunggah gambar "The Great Wave Off Kanagawa" yang dibuat oleh seniman abad 19, Katsushika Hokusai, namun, dengan versi “alter,” di mana limbah air nuklir dibuang ke laut oleh dua orang berbaju hazmat dari sebuah perahu. Dalam gambar yang dibuat oleh seorang ilustrator Cina itu, Gunung Fuji dalam background diganti oleh sebuah menara pendingin PLTN.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi, mengatakan bahwa ia tak akan mengomentari semua cuitan yang dibuat oleh “seseorang di tingkat sekretaris pers.” Kendati demikian, ia mengatakan bahwa Jepang telah mengajukan "protes keras" dan mengupayakan penghapusan tweet itu melalui jalur diplomatik.

Tapi, apa kata Zhao?

“Anda mengatakan apakah saya akan menghapus cuitan tersebut dan meminta maaf? Anda mungkin telah melihat bahwa saya membuat tweet itu sebagai pin,” ujar Zhao dalam sebuah konferensi pers di Beijing pada Rabu lalu.

“Ilustrasi itu menunjukkan pendapat benar dari masyarakat. Justru pemerintah Jepang lah yang perlu menyadari kesalahannya dan meminta maaf,” tambahnya.

Sementara itu, pada Rabu lalu, saat ditanyai tentang cuitan tersebut oleh oposisi di parlemen, Motegi menjawab bahwa “cuitan kejam tersebut seharusnya tidak diperbolehkan,” kutip Kyodo News.

fukushima cina jepang japanesestation.com
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dalam sebuah konferemsi pers di Itamaraty Palace di Brasilia, Brazil, 8 Januari, 2021. (REUTERS/Adriano Machado)

Zhao juga berkomentar bahwa Jepang memang melakukan hal yang salah.

"Jepang melakukan kesalahan, namun tak ingin orang lain membicarakannya?” kata Zhao.

"Seisi dunia memprotes tindakan tersebut, namun beberapa pejabat pura-pura bodoh dan pura-pura tak mendengarnya. Namun mereka malah terpicu karena sebuah ilustrasi,” tambahnya. 

Perdebatan ini terjadi di tengah kemarahan Cina atas pernyataan yang dikemukakan oleh Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, yang bersama-sama setuju untuk menghadapi Cina atas berbagai masalah dari Taiwan hingga Muslim Uighur di wilayah China paling barat, Xinjiang.