Seorang pria berusia 49 tahun yang didiskualifikasi dari sebuah ujian masuk universitas di Jepang karena tidak mengenakan masker dengan benar pada akhir minggu lalu diciduk polisi. Menurut keterangan kepolisian pada Selasa (19/1) pria tersebut ditahan setelah ia menolak meninggalkan sebuah bilik toilet di tempat tes.
Menurut laporan Kyodo via Japan Today, setelah ia diminta untuk meninggalkan ruang ujian bahasa Inggris yang diikutinya, pria ini mengunci dirinya sendiri dalam sebuah bilik toilet selama sekitar 3 jam hingga pihak kepolisian datang menjemputnya pada sekitar pukul 10 malam waktu setempat.
Kejadian ini bermula saat pria yang tidak disebutkan namanya tersebut diminta untuk meninggalkan ruang ujian karena masker yang dikenakannya tidak menutupi hidung. Padahal, karena Jepang tengah diserang wabah COVID-19, para peserta ujian wajib mengenakan masker mereka dengan benar, jika tidak, ia akan didiskualifikasi.
Setelah itu, pria tersebut mengurung dirinya dalam sebuah bilik toilet dan tidak mendengarkan perintah untuk ke luar dari toilet tersebut. Akhirnya, seorang petugas polisi terpaksa memanjat dinding toilet untuk mengeluarkannya secara paksa.
Operator ujian tersebut pun menyebutkan bahwa pria tersebut tetap menolak menutup hidungnya dengan masker meski telah diminta sebanyak 6 kali dan telah diperingatkan bahwa ia akan didiskualifikasi jika ia terus membantah.
Menteri Pendidikan Koichi Hagiuda pun mendukung keputusan diskualifikasi tersebut. Menurutnya, perbuatan yang dilakukannya sangat tidak pantas.
"Saya mendengar situasi tersebut tak dapat diabaikan begitu saja karena ia mengganggu peserta lain secara psikis,” ujar Hagiuda dalam sebuah konferensi pers.
Panitia ujian masuk sebenarnya memperbolehkan mereka yang tak dapat mengenakan masker karena alasan kesehatan atau alasan lainnya untuk mengikuti ujian selama mereka memintanya sebelumnya. Namun, pria yang ditangkap tersebut tidak menyatakan alasan apapun sebelumnya.
"Itu adalah cara saya mengenakan masker dengan benar," ucap pria tersebut dikutip oleh menteri pendidikan.
Putaran pertama ujian masuk universitas telah digelar minggu lalu di 681 lokasi di seluruh Jepang dengan total 535.245 peserta. Protokol kesehatan ketat seperti social distancing, penggunaan desinfektan, menjaga pertukaran udara, hingga memastikan para peserta untuk menghabiskan waktu makan siang sendirian pun diterapkan di setiap lokasi tes.