Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan pada Minggu (21/3) lalu bahwa ia berjanji untuk melakukan hal terbaik demi mencegah bangkitnya kembali virus corona di Jepang menjelang dimulainya estafet obor olimpiade dan kunjungannya ke Washington mendatang.
Hal tersebut diungkapkan Suga dalam konvensi tahunan Partai Demokrat Liberal, beberapa jam sebelum status darurat COVID-19 di wilayah Tokyo dan sekitarnya dicabut. Suga pun mengatakan bahwa sesaat setelah status darurat dicabut adalah “waktu yang sangat penting" dalam pencegahan virus.
"Kita tidak boleh lengah dan tetap berhati-hati demi mencegah virus kembali menyebar," katanya.
Sebelumnya, pada Kamis (18/3) lali, Suga mengumumkan bahwa status darurat untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 untuk Tokyo, Kanagawa, Chiba dan Saitama akan berakhir pada Minggu malam. Pencabutan status darurat tersebut hadir beberapa hari sebelum dimulainya estafet obor dari Fukushima di area Tohoku yang merupakan tempat terjadinya bencana nuklir 2011 yang menjadi simbol rekonstruksi Jepang.
Suga diketahui memperbarui janjinya untuk menggelar Tokyo Olympic pada JUli mendatag sebagai “bukti kemenangan Jepang atas virus corona” setelah ditunda selama satu tahun lamanya akibat pandemi.
“Kami akan meunjukkan keberanian dan harapan Jepang pada dunia,” ujar Suga.
Suga juga ingin menjaga agar penyebaran infeksi tetap terkendali sebelum rencana kunjungannya ke Washington guna menghadiri pertemuan pertamanya dengan Presiden Joe Biden pada awal April mendatang. Suga memang akan menjadi pemimpin asing yang akan bertemu tatap muka langsung dengan Biden, menandakan pentingnya aliansi Jepang-Amerika Serikat.
Suga yang menerima suntikan pertama vaksin COVID-19 pada minggu lalu, mengatakan bahwa dirinya menantikan kunjungan tersebut dan mendiskusikan langkah pencegahan pandemi serta kerja sama mereka untuk menangani pengaruh Cina.
“Kami tentu akan menghadapi hal baik dan kesulitan di masa mendatang, namun kami pasti akan menemukan masa depan cerah ke depannya,” kata Suga.
Suga berkomitmen untuk melakukan yang terbaik demi menjaga kesehatan dan hidup rakyatnya dan menjalin kerja sama demi mengendalikan infeksi dan "mendapatkan kembali ketenangan pikiran dan kehidupan sehari-hari".
Pemerintah juga berjanji akan meningkatkan tes virus, memantau varian baru yang lebih menular dan membayar subsidi untuk restoran dan bar yang bekerja sama untuk tutup pada jam 8 malam.
Jepang sendiri memang belum memberlakukan lockdown karena jumlah tingkat infeksi mereka jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat dan negara Eropa. Namun, bukan berarti kewaspadaan harus diturunkan, karena kini Jepang telah mencatat sekitar 1 juta kasus dan 8.000 kematian sejak pandemi dimulai.
Para ahli mengatakan mereka khawatir tentang potensi bangkitnya kembali infeksi karena adanya penurunan jumlah infeksi di wilayah Tokyo membuat orang-orang menurunkan kesiagaan mereka. Semoga tidak benar-benar bangkit lagi ya?